TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mengungkapkan keprihatinannya terkait konflik militer di Nagorno-Karabakh, yang berpotensi menjadi perang terbuka antara pasukan Azerbaijan dan Armenia.
“Negara anggota Dewan Keamanan mendukung seruan sekretaris jenderap PBB agar kedua belah pihak segera berhenti berperang, melakukan deeskalasi ketegangan dan kemabli ke proses perundingan tanpa menunda,” begitu pernyataan dari DK PBB seperti dilansir Reuters pada Rabu, 30 September 2020.
Pernyataan DK PBB ini keluar setelah 15 negara anggota bersidang secara tertutup.
Mereka menyatakan prihatin terhadap laporan soal pengerahan pasukan militer berskala besar di sepanjang garis kontak atau line of contact di zona konflik Nagorno-Karabakh.
“DK PBB juga mengecam keras penggunaan kekuatan militer,” begitu dilansir Reuters.
Konflik Azerbaijan dan Armenia ini bermula pada saat runtuhnya Uni Sovyet. Pada 1991, wilayah Nagorno-Karabakh, yang berada di Azerbaijan dengan mayoritas warga Armenia memisahkan diri.
Ini memicu perang antara Azerbaijan dengan Nagorno-Karabakh, yang didukung Armenia. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Rusia telah meminta konflik bersenjata ini segera diakhiri. Presiden Amerika, Donald Trump, mengatakan memiliki hubungan baik dengan negara di daerah Kaukasus dan berjanji menghentikan konflik Azerbaijan dan Armenia.
Sumber