TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat intelijen Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tentang ekstrimis domestik yang mengancam pemilihan presiden 3 November mendatang.
Ancaman ekstrimis dalam negeri ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan politik, kerusuhan sipil dan kampanye disinformasi asing.
Peringatan yang dikeluarkan FBI dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri Amerika ini baru disebarkan di internal mereka. Namun kantor keamanan dalam negeri di New Jersey telah mengambil langkah tidak biasa dengan mengumumkan tentang ancaman itu dalam laporan singkatnya di situs resmi kantor itu pekan lalu.
"Ada ramuan penyihir yang sungguh belum pernah terjadi dalam sejarah Amerika. Daan jika ya, tentu sudah beberapa dekade jika tidak berabad-abad," kata Jared Maples, direktur Kantor Keamanan dan Kesiagaan Dalam Negeri New Jersey dalam pernyataannya seperti dikutip dari Reuters, 29 September 2020.
Pekan lalu, Presiden Donald Trump menolak berkomitmen untuk melakukan peralihan kekuasaan secara damai jika dia gagal dalam pemilihan presiden 3 November 2020.
Trump yang bertarung dengan Joe Biden dalam pemilihan presiden November mendatang meragukan legitimasi pemilu karena dia mengkhawatirkan pemungutan suara yang dilakukan lewat surat sehubungan pandemi virus corona.
Kasus penipuan surat suara yang terdokumentasi disebut para ahli sangat jarang terjadi. Selain itu, menurut beberapa ahli, hampir tidak mungkin bagi aktor asing mengganggu pemilu dengan mengirimkan surat suara palsu.
Memo internal FBI bertanggal 17 Agustus itu mengatakan ideologi mendorong ekstrimis dan aktor lainnya mampu memobilisasi secara cepat untuk terjadi kekerasan dalam pemilu.
Memo ini juga menyebutkan pelaku tunggal supremasi kulit putih dan pelaku tunggal lainnya dengan ideologi yang dipersonalisasikan merupakan ancaman terbesar terhadap kekerasan yang mematikan.
Menurut data yang dikompilasi Anti-Defamation League berkantor di New York, sebanyak 77 persen dari 454 kasus pembunuhan ekstrimis domestik Amerika dalam satu dekade terakhir, pelakunya adalah supremasi kulit putih, anti-semit, anti-pemerintah dan ideologi terkait.