TEMPO.CO, Jakarta - Penilaian intelijen Amerika Serikat yang telah dideklasifikasi baru-baru ini telah memunculkan keraguan terhadap masa depan politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan juga mempertanyakan kemampuan Israel untuk mencapai tujuannya dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Hal ini merupakan yang pertama karena tidak lazim bagi agen mata-mata untuk memberikan wawasan mengenai prospek politik sekutu AS.
“Kelangsungan hidup Netanyahu sebagai pemimpin serta koalisi pemerintahannya yang terdiri dari partai-partai sayap kanan dan ultraortodoks yang menerapkan kebijakan garis keras mengenai isu-isu Palestina dan keamanan mungkin berada dalam bahaya,” demikian isi laporan setebal 40 halaman yang dirilis pada Senin, 11 Maret 2024.
“Ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu untuk memerintah semakin dalam dan meluas di kalangan masyarakat, dari tingkat yang sudah tinggi sebelum perang, dan kami memperkirakan akan terjadi protes besar-besaran yang menuntut pengunduran dirinya dan pemilihan umum baru,” lanjutnya. “Pemerintahan yang berbeda dan lebih moderat adalah sebuah kemungkinan.”
Laporan media baru-baru ini mengindikasikan meningkatnya ketegangan antara AS dan Israel setelah Biden memperingatkan terhadap invasi darat Rafah, peringatan yang tampaknya diabaikan oleh Netanyahu. Sebuah laporan oleh Politico pada hari sebelumnya mengungkapkan bahwa Presiden AS dikabarkan sedang mempertimbangkan gagasan untuk mengaitkan bantuan militer ke Israel dengan prospek invasi besar-besaran di Rafah.
Bahaya Politik Netanyahu
Di wilayah pendudukan, kritik dari kalangan Netanyahu terhadap kepemimpinan Israel relatif keras akibat operasi 7 Oktober. Banyak yang percaya bahwa ini adalah kegagalan total aparat keamanan yang menjadi kebanggaan Israel.
Bagi Netanyahu, kekuasaannya bertumpu pada menghindari pemilu dini dan mempertahankan mayoritas di Knesset. Dia bersumpah untuk tetap berkuasa sampai rezim tersebut mendeklarasikan “kemenangan total” atas perlawanan Palestina.
Namun tekanan terus meningkat dari dua pihak yang berlawanan: satu dari pemimpin oposisi Benny Gantz dan yang lainnya dari Menteri Keamanan Yoav Gallant. Para pengamat yakin jika pemilu diadakan sekarang, Gantz akan dengan mudah mengalahkan Netanyahu.
Gantz tidak menampik kemungkinan bekerja sama dengan Otoritas Palestina untuk rencana pascaperang. Ia juga menyatakan tanggapan positif terhadap kemungkinan solusi dua negara, sebuah jalan yang mendapat dukungan dari para pejabat Gedung Putih.