TEMPO.CO, Jakarta - Kubu Demokrat tidak antusias dengan terpilihnya Amy Coney Barrett sebagai calon hakim agung Amerika yang baru. Sebab, pemilihannya membuat komposisi hakim konservatif dan non konservatif di Pengadilan Mahkamah AS kian timpang. Hal itu dianggap akan menguntungkan figur-figur konservatif seperti Presiden Amerika Donald Trump.
Meski kecil kemungkinan mencegah Barret tak terpilih di Senat AS, Demokrat berharap bisa membujuknya untuk tidak terjebak konflik kepentingan. Kubu Demokrat mengaku akan menggunakan Rapat Dengar Publik di Senat AS pada 12 Oktober nanti untuk melakukan hal itu.
"Kami berharap dia mau menjaga jarak dari kasus-kasus tertentu. Kami sadar hal ini akan sangat diperdebatkan oleh anggota komisi yudisial dan pakar etika hukum, namun pasti akan ditanyai juga pada akhirnya," ujar senator Demokrat dan anggota Komisi Yudisial Senat AS, Chris Coons, dikutip dari Reuters, Ahad, 27 September 2020.
Salah satu kasus yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan adalah soal Pilpres Amerika. Presiden Donald Trump sudah memastikan akan membawa hasil pilpres ke Pengadilan Mahkamah AS jika kalah. Ia yakin betul bahwa diterapkannya mekanisme pos untuk pilpres Amerika merugikannya.
Contoh lainnya adalah soal kebijakan jaminan kesehatan untuk warga Amerika. Donald Trump diketahui berupaya menjatuhkan kebijakan bernama Obamacare itu. Sidangnya sendiri akan digelar tak lama setelah Pilpres Amerika, pada 10 November. Barrett, menurut keterangan Demokrat, memiliki catatan mengkritisi keras kebijakan tersebut.
Amy Coney Barrett telah dipilih Presiden Amerika Donald Trump untuk menjadi calon hakim agung yang baru, menggantikan Ruth Bader Ginsburg (Sumber: University of Notre Dame, Indiana)
Menurut hukum Federal, kata Chris Coons, hakim diatur untuk tidak terlibat dalam penanganan kasus yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Calon-calon hakim agung sebelumnya selalu berkomitmen untuk tidak terlibat dalam kasus yang masuk sebelum mereka bertugas atau berpotensi konflik. Nah, Demokrat berharap Barrett patuh akan aturan dan tradisi itu.
"Standar pengadilan di manapun mengatur bahwa ketika ada potensi konflik kepentingan, di mana etika bisa dilanggar, maka hakim harus berani menarik diri," ujar Chris Coons.
Kepala Staf Kepresidenan Gedung Putih, Mark Meadows, berkeyakinan bahwa Barrett tidak perlu menarik diri dari kasus hasil pemilu jika ada. Ia juga menyatakan bahwa Barrett tidak dimintai komitmen apapun untuk terlibat dalam penanganan kasus itu jka terjadi.
Sementara itu, pakar hukum dari New York University School of Law, Stephen Gillers, berkata bahwa jika kasus pemilu masuk sebelum Barrett bertugas, maka Demokrat bisa mengajukan mosi untuk tidak melibatkannya. "Menurut saya argumennya akan kuat jika skenarionya seperti itu," ujarnya.
Gillers juga tak menyangkal potensi konflik kepentingan cukup besar. Jika Barrett lolos, maka akan ada tiga hakim pilihan Donald Trump di Pengadilan Mahkamah AS. Terakhir kali hasil pemilu disidangkan di Pengadilan Mahkamah AS, kata ia, tidak ada satupun hakim hasil pilihan calon presiden yang bersengketa.
ISTMAN MP | REUTERS