TEMPO.CO, Jakarta - Negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, mengakui bahwa negosiasi kesepakatan dagang pasca Brexit dengan Inggris berjalan alot. Ia tidak menutup kemungkinan bahwa negosiasi-negosiasi berikutnya juga tidak akan berjalan mulus.
Pernyataan tersebut menyusul kabar bahwa Inggris siap untuk mengakhiri masa transisi Brexit tanpa kesepakatan dagang apapun dengan Uni Eropa. Selain itu, Inggris juga dikabarkan menyiapkan legislasi yang pada intinya menganulir isi sebagian kesepakatan Brexit yang diteken Januari lalu.
"Permintaan kami sederhana, berharap Inggris bersikap tenang dan mengikuti komitmen politik yang dulu sudah diteken PM Boris Johnson," ujar Michel Barnier, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 7 September 2020.
Inggris dan Uni Eropa dijadwalkan bertemu di London pada Selasa nanti untuk kembali membahas kesepakatan dagang pasca Brexit. Seperti diberitakan sebelumnya, periode transisi Brexit akan berakhir pada 31 Desember nanti di mana Inggris, secara de facto, tak lagi jadi bagian Eropa.
Pertemuan Selasa nanti akan menjadi negosiasi kedelapan untuk Uni Eropa dan Inggris. Beberapa hal yang akan dibahas mulai dari soal bantuan pendanaan untuk industri di Inggris, bea cukai, perbatasan, akses ke pasar bebas Eropa, serta akses ke wilayah perikanan Inggris.
Soal perikanan, misalnya, Uni Eropa ingin mendapat keseteraan perlakuan untuk kapal-kapal mereka di perairan Inggris. Mereka khawatir Inggris akan membatasi aktivitas kapal-kapal negara anggota mereka. Selama ini, 60 persen aktivitas di wilayah perikanan Inggris didominasi kapal Eropa.
Contoh lain, soal perbatasan, Uni Eropa mencoba untuk meminimalisir birokasi antara Irlandia (Eropa) dan Irlandia Utara (Inggris). Hal itu diyakini akan memuluskan perdagangan di sana.
Perkembangan terbaru, Inggris mendesak Uni Eropa untuk segera menentukan sikap soal kesepakatan dagang pasca Brexit pada Oktober nanti. Jika tidak, maka Brexit akan berlangsung tanpa kesepakatan dagang.
"Saya merasa khawatir walau Boris Johnson mengatakan juga bahwa dia ingin yang terbaik untuk kedua pihak," ujar Michel Barnier.
ISTMAN MP | REUTERS