TEMPO.CO, Jakarta - Gaza lockdown mulai hari ini, 25 Agustus 2020 setelah resmi dilaporkan tentang kasus perdana virus Covid-19.
Juru bicara pemerintah Gaza mengatakan empat kasus virus corona terkonfirmasi pada satu keluarga yang tinggal di kamp pengungsi.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, keempat kasus COVID-19 terungkap setelah seorang perempuan melakukan perjalanan ke Tepi Barat. Di kota ini perempuan tersebut dilaporkan positif terjangkit virus Covid-19.
Kementerian Kesehatan kemudian melakukan penelusuran kontak untuk mencegah penularan virus ini.
Pusat bisnis, sekolah, dan masjid diperintahkan untuk ditutup pada Senin malam selama 48 jam. Jalan-jalan di Gaza sepi.
Hanya beberapa orang yang diizinkan untuk berada di luar rumah untuk berbelanja kebutuhan mereka di toko roti dan grosir.
Polisi dengan pengeras suara dari kendaraan mereka yang isinya mendesak warga Gaza untuk mematuhi lockdown.
Otoritas Kesehatan di kota yang dikendalikan Hamas ini mengkhawatirkan atas kombinasi kemiskinan yang berpotensi bencana, kamp pengungsi yang padat dan fasilitas rumah sakit yang terbatas dalam menangani wabah.
Gaza lockdown terjadi di tengah kembali memanas perbatasan Israel dan Gaza dipicu warga Palestina menerbangkan puluhan balon ke wilayah selatan Israel sebagai bentuk protes awal Agustus lalu. Israel membalasnya dengan meluncurkan roket-roketnya dan melakukan serangan udara ke arah posisi Hamas.
"Tidak ada perang yang pernah memaksa orang menerapkan jam malam yang ketat namun virus lemah ini telah mengurung dua juta orang di Jalur itu. Semua rudal dan tank Israel tidak bisa melakukan hal itu," kata Freih Abu Middain, mantan menteri kehakiman di Gaza menuliskan di media sosial.