TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban virus Corona (COVID-19) di dunia terus meningkat. Angka terbaru, total sudah ada 504.410 orang meninggal akibat virus yang menimbulkan demam dan gangguan pernafasan itu.
Dikutip dari statistik Reuters per tanggal 1-27 Juni, jumlah korban meninggal akibat virus Corona per hari kurang lebih 4.700 orang atau setara 196 orang per jam, 1 orang per 18 detik.
"Kita masih jauh dari penyembuhan," ujar Kepala Petugas Medis di Rehoboth McKinley Christian Health Care Services, Valory Wangler, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 29 Juni 2020.
Dari angka kematian yang ada, kurang lebih seperempatnya berada di Amerika. Negara bagian yang berada di pesisir selatan dan barat Amerika menunjukkan penunjukkan jumlah kasus yang signifikan beberapa hari terakhir. Saking signifikannya, negara bagian Texas sampai memutuskan untuk menunda pelonggaran lockdown.
Amerika sendiri memang menjadi episentrum virus Corona walau belakangan diserang virus tersebut. Data terakhir, Amerika mencatatkan 2,6 juta kasus, 128 ribu korban meninggal, dan 1 juta pasien sembuh.
Apabila dilihat dari sisi umur, sebagian besar korban virus Corona adalah lansia. Data European Centre for Disease Prevention and Control, yang diambil dari 300 ribu kasus di 20 negara, menunjukkan bahwa 46 persen korban meninggal akibat virus Corona adalah pasien dengan usai di atas 80 tahun.
Sementara itu, jika membandingkan korban Corona dengan korban penyakit berbahaya lainnya, angka pertumbuhannya sudah mengalahkan AIDS serta Malaria di mana keduanya adalah penyakit berbahaya. Rata-rata pertumbuhan kematian akibat Corona, dikutip dari Reuters, adalah 78 ribu per bulan, dibanding AIDS yang 64 ribu per bulan ataupun Malaria yang 36 ribu per bulan.
Mencoba menangkal Corona, 120 jenis vaksin virus Corona sudah dalam pengembangan. Tes terhadap manusia pun sudah mulai dilakukan. Mayoritas menargetkan Desember sebagai target produksi vaksin virus Corona.
Berbagai pemerintah memberikan kucuran dana untuk mempercepat prosesnya. Amerika, misalnya, membuat Operasi Warp Speed untuk membantu pengembangan vaksin virus Corona (COVID-19). Kurang lebih US$ 2 miliar dikucurkan untuk operasi itu. Beberapa perusahaan farmasi yang disokong adalah Pfizer, Johnson & Johnson, Merck, dan AstraZenica.
"Harapannya, semoga ada pemahaman dari masyarakat bahwa membuat vaksin yang efektif dan aman membutuhkan proses yang panjang. Seperti Polio, di mana pengembangannya berkelanjutan walaupun ada banyak korban," ujar Paul Offit, anggota National Institutes of Health di Amerika.
ISTMAN MP | REUTERS | CBS