TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 pengungsi Rohingya melarikan diri dari pusat penahanan di Malaysia setelah terjadi kerusuhan pada Kamis malam, 1 Februari 2024. Satu pengungsi tewas setelah ditabrak kendaraan di jalan raya saat ia melarikan diri.
Insiden ini merupakan kejadian kedua yang dilaporkan terjadi di pusat penahanan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Pada April 2022, 582 pengungsi etnis Rohingya dari Myanmar melarikan diri dari depo imigrasi di negara bagian Kedah utara. Enam dari migran tersebut tewas setelah ditabrak kendaraan di jalan raya.
Sebanyak 131 migran melarikan diri dari depo penahanan imigrasi Bidor di negara bagian Perak barat Malaysia pada Kamis malam, kata Direktur Jenderal Departemen Imigrasi Ruslin Jusoh dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Salah satu migran meninggal setelah kecelakaan lalu lintas. Ruslin menambahkan bahwa operasi pencarian masih berlangsung untuk mencari sisa migran yang melarikan diri.
Para migran, yang melarikan diri dari blok laki-laki di depo tersebut, termasuk 115 pengungsi etnis Rohingya dan 16 warga negara Myanmar dari etnis lain. Kantor berita Bernama melaporkan, pria yang meninggal itu ditabrak kendaraan di jalan raya.
Seratus anggota Departemen Imigrasi dan Pasukan Operasi Umum telah dikerahkan untuk mencari para tahanan, kata direktur jenderal imigrasi Malaysia Ruslin Jusoh. Seluruhnya 275 personel dari berbagai instansi dikerahkan dalam operasi tersebut.
Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, telah lama menjadi tujuan favorit bagi etnis Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar atau kamp pengungsi di Bangladesh.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia telah menolak kapal-kapal yang membawa pengungsi Rohingya. Malaysia telah menahan ribuan orang di pusat-pusat penahanan yang padat sebagai bagian dari tindakan keras terhadap migran tidak berdokumen.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan editor: India Akhirnya Lepaskan Burung Merpati yang Dituduh Jadi Mata-mata Cina