TEMPO.CO, Jakarta - Perekonomian Inggris anjlok di masa pandemi virus Corona. Perkembangan terbaru, Produk Domestik Bruto (PDB) mereka menyusut 20,4 persen di kuartal kedua, mendorong Inggris jatuh ke jurang resesi ekonomi.
Anjlok-nya perekonomian sepanjang April-Juni tersebut adalah yang terburuk bagi Inggris dalam beberapa dekade terkahir. Terakhir kali Inggris mengalami resesi, hal tersebut terjadi di tahun 1955.
"Catatan hari ini menunjukkan bahwa kita sudah masuk masa sulit. Ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan dan akan bertambah beberapa bulan kemudian," ujar Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, dikutip dari CNN, Rabu, 12 Agustus 2020.
Apabila dibandingkan dengan perekonomian Inggris di semester 1 2019, perekonomian Inggris turun sebanyak 22,1 persen. Angka tersebut lebih buruk dibandingkan Amerika yang perekonomiannya anjlok 10,6 persen menurut Kantor Statistik Nasional Inggris.
Adapun resesi tersebut tak lepas dari efek pandemi virus Corona . Akibat pandemi virus Corona, Inggris terpaksa menerapkan lockdown yang membuat sebagian besar bisnis berhenti berjalan.
Hal itu diperburuk dengan langkah Inggris yang lamban menerapkan lockdown. Inggris menerapkan lockdown lebih lamban dua pekan dibanding Italia dan Spanyol. Alhasil, ketika lockdown akhirnya diterapkan, situasi sudah kadung parah. Perdana Menteri Boris Johnson sempat menyesal dirinya tidak mengambil keputusan dengan cepat.
Hal itu membuat lockdown berjalan lebih lama dari seharusnya. Sebagai gambaran, ketika Italia sudah bisa mulai membuka restoran di bulan Mei, Inggris baru bisa melakukannya di bulan Juli.
Di sisi lain, sudah ada 730 ribu lapangan kerja yang hilang selama pandemi virus Corona. Warga tua maupun muda Inggris berpotensi menganggur sepanjang tahun 2020.
"Umumnya, data resesi ekonomi juga masih bisa direvisi, namun kontraksi yang terjadi lebih besar dibanding perkiraan," ujarnya ekonom Berenberg, Kallum Pickering.
ISTMAN MP | CNN