TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Tunisia Elyes Fakhfakh pada Rabu, 15 Juli 2020, mengundurkan diri setelah negara yang dipimpinnya jatuh dalam krisis politik, yang dipicu oleh kejatuhan ekonomi dampak pandemik virus corona.
Fakhfakh memasukkan surat pengunduran dirinya ke Presiden Tunisia Kais Saied. Sumber mengatakan Presiden Saied sebenarnya yang meminta Fakhfakh agar melepaskan jabatan karena momentum di parlemen untuk menggulingkan Fakhfakh semakin kencang terkait tuduhan adanya konflik kepentingan.
Abdelhak Etlili mengeluarkan kartu biru kepada warga yang melanggar aturan untuk menjaga jarak atau social distancing di tengah wabah virus Corona, di Nabeul, Tunisia, 23 April 2020. REUTERS
Dengan mundurnya Fakhfakh, maka Saied sekarang harus memilih kandidat baru perdana menteri, namun parlemen masih bersaing antar partai dan kegagalan koalisi bisa memicu dilakukan pemilu.
Runtuhnya Pemerintahan Fakhfakh terjadi kurang dari lima bulan setelah setelah dibentuk reformasi ekonomi. Namun reformasi ekonomi masih sulit dilakukan karena terhambat oleh kasus baru virus corona yang masih bermunculan.
Terpecahnya ideologi di pemerintahan Fakhfakh telah membuat negara sulit membuat kesepakatan terkait reformasi ekonomi yang sudah mendesak. Investor asing meminta Tunisia mengatasi defisit fiskal dan utang publik. Pandemik virus corona telah memperburuk kondisi Tunisia.
Ekonomi Tunisia pada tahun ini terpuruk 6,5 persen dan defisit PDB diperkirakan menyentuh angka 7 persen. Tunisia sudah meminta empat negara agar bisa menunda pembayaran utang. Di area miskin Tunisia, terjadi unjuk rasa meminta agar pemerintah menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan bantuan langsung tunai untuk membantu mereka bertahan di tengah kejatuhan ekonomi Tunisia ini.