TEMPO.CO, Jakarta - Twitter pada hari Selasa kembali menandai twit Presiden AS Donald Trump yang mengancam demonstran di ibu kota AS karena melanggar kebijakan perusahaan terkait perilaku kasar.
"Tidak akan pernah ada 'Zona Otonomi' di Washington, D.C., selama saya adalah Presiden kalian. Jika mereka melakukan itu mereka akan berhadapan dengan kekuatan serius! twit Trump, dikutip dari Reuters, 24 Juni 2020.
Twitter mengatakan telah menyembunyikan twit Trump dengan tanda pemberitahuan "kepentingan publik" karena ada ancaman terhadap kelompok yang dapat diidentifikasi.
Peringatan ini adalah kedua kalinya dari Twitter yang telah memasang label peringatan publik pada kicauan Trump. Kepala Eksekutif Twitter, Jack Dorsey, telah diberitahu tentang keputusan itu sebelum pelabelan itu diberlakukan, kata seorang juru bicara Twitter.
There will never be an “Autonomous Zone” in Washington, D.C., as long as I’m your President. If they try they will be met with serious force!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 23, 2020
Para pengunjuk rasa anti-rasisme pada hari Senin mendeklarasikan Zona Otonomi Gedung Hitam, merujuk pada wilayah Seattle yang dikenal sebagai zona Protes Terorganisir Capitol Hill (CHOP) atau Zona Otonomi Capitol Hill, dekat Gedung Putih di depan Gereja St. John.
Twitter pertama kali memasang pemberitahuan peringatan publiknya ke salah satu twit Trump bulan lalu, ketika ia menggunakan frasa "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai" untuk mengancam penggunaan kekuatan penuh terhadap pengunjuk rasa di Minneapolis.
Twitter mengatakan bahwa pesan tersebut melanggar aturannya karena mengagungkan kekerasan. Twitter juga menambahkan pengecekan fakta dan memanipulasi label media untuk twit Trump bulan lalu, yang mengklaim ada kecurangan selama pemilu tanpa memberikan fakta atau bukti.
Pekan lalu, Twitter juga menyebut video yang diunggah Trump tentang dua balita sebagai video rekayasa. Unggahan itu kemudian dihapus karena klaim hak cipta, menurut laporan CNN.
Pelabelan twit telah membuat marah Presiden Trump dan pendukungnya dan bahkan mendorong Trump untuk menandatangani perintah eksekutif yang menargetkan perusahaan media sosial.
Pekan lalu Facebook juga menghapus iklan kampanye Trump karena memasukkan simbol Nazi.