TEMPO.CO, Jakarta - Dua bayi baru lahir menjadi korban tewas dalam serangan teror rumah sakit di Afganistan di Kabul pada Selasa kemarin.
Sejumlah pria bersenjata yang menyamar sebagai polisi menyerang rumah sakit di Kabul, menewaskan 16 korban termasuk dua bayi yang baru lahir di sebuah klinik bersalin yang dijalankan oleh organisasi Doctors Without Borders.
Sementara pada hari yang sama terjadi serangan lain. Sebuah bom bunuh diri menyerang upacara pemakaman seorang komandan polisi yang dihadiri oleh pejabat pemerintah dan anggota parlemen di timur provinsi Nangahar. Serangan ini menewaskan 24 orang dan melukai 68 lainnya, menurut laporan Reuters, 13 Mei 2020. Otoritas setempat mengatakan korban jiwa kemungkinan bisa bertambah.
Islamic State Khorasan, afiliasi Afganistan dari kelompok militan ISIS, mengaku bertanggung jawab atas pemboman Nangahar, menurut laporan Grup SITE Intelligence.
Sementara Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan Kabul. Taliban, kelompok pemberontak Islamis utama Afganistan yang mengatakan telah menghentikan serangan terhadap kota-kota di bawah kesepakatan penarikan pasukan AS, telah membantah terlibat dalam keduanya.
Kelompok militan ISIS beroperasi di Nangahar dan telah melakukan sejumlah serangan besar-besaran di Kabul dalam beberapa bulan terakhir. Pada hari Senin pasukan keamanan menangkap pemimpin regionalnya di ibu kota.
Foto-foto Kementerian Dalam Negeri menunjukkan dua anak kecil terbaring mati di dalam rumah sakit. Sebuah gambar memperlihatkan seorang perempuan yang terbunuh terbaring di tanah masih memegang erat bayinya, sementara seorang perawat di unit itu selamat dan dipindahkan ke unit perawatan intensif di rumah sakit lain.
Perempuan Afganistan duduk di ambulans setelah diselamatkan oleh pasukan keamanan selama serangan teror di sebuah rumah sakit di Kabul, Afganistan 12 Mei 2020. [REUTERS / Mohammad Ismail]
Serangan Kabul dimulai pada pagi hari ketika setidaknya tiga pria bersenjata mengenakan seragam polisi memasuki rumah sakit Dasht-e-Barchi, melemparkan granat dan menembak membabi buta, kata pejabat pemerintah.
Pasukan khusus memblokir daerah di sekitar rumah sakit, yang terletak di sisi barat Kabul di distrik 13 polisi, setelah tiba di tempat kejadian, menurut juru bicara kementerian dalam negeri Marwa Amini, dikutip dari CNN.
Ketiga penyerang itu akhirnya dibunuh oleh polisi pada Sore hari dan mengakhiri serangan itu, kata kementerian dalam negeri.
"Para penyerang menembaki siapa pun di rumah sakit ini tanpa alasan. Itu adalah rumah sakit pemerintah, dan banyak orang membawa perempuan dan anak-anak mereka untuk perawatan," kata Ramazan Ali, pedagang dekat rumah sakit yang melihat awal serangan.
Rumah sakit yang dikelola pemerintah dengan 100 tempat tidur ini juga memiliki klinik bersalin yang dikelola oleh Doctors Without Borders, yang dikenal dengan nama Prancis Médecins Sans Frontières (MSF).
Lajaward is from Maidan Wardak province. Due to fetal distress, where the baby experiences oxygen deprivation, Lajaward had to deliver baby Mohammad Omar via emergency c-section in the maternity of Dasht-e-Barchi hospital in #Kabul.
He is cute! pic.twitter.com/Hje8oNS7Nh
— MSF Afghanistan (@MSF_Afghanistan) May 12, 2020
Hanya beberapa jam sebelum serangan, MSF Afganistan men-tweet foto bayi yang baru lahir dalam pelukan ibunya di klinik setelah melahirkan dengan selamat dengan prosedur operasi caesar darurat.
Para pejabat kementerian dalam negeri dan kesehatan mengatakan para ibu, perawat, dan anak-anak termasuk di antara yang tewas dan terluka.
Tentara mengangkut bayi keluar dari kompleks, beberapa dibungkus dengan selimut bernoda darah, dan para pejabat mengatakan 100 orang diselamatkan, termasuk tiga orang asing.
Presiden Ashraf Ghani mengutuk serangan itu dan mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk beralih ke status ofensif daripada sikap defensif yang telah diadopsi ketika Amerika Serikat menarik pasukan dan mencoba untuk menengahi pembicaraan.
"Untuk memberikan keamanan bagi tempat-tempat umum dan untuk menggagalkan serangan dan ancaman dari Taliban dan kelompok-kelompok teroris lainnya, saya memerintahkan pasukan keamanan Afganistan untuk beralih dari mode pertahanan aktif ke mode ofensif dan memulai operasi mereka melawan musuh," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Sementara itu Penasihat Keamanan Nasional Hamdullah Mohib mengatakan di Twitter, "tampaknya tidak ada gunanya melanjutkan keterlibatan Taliban dalam pembicaraan damai."
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengutuk dua serangan teroris mengerikan di Afganistan, mencatat bahwa Taliban telah membantah tanggung jawab dan mengatakan kurangnya kesepakatan damai membuat Afganistan rentan terhadap serangan semacam itu.
Sementara Pentagon menolak berkomentar tentang keinginan Ghani untuk memulai kembali operasi ofensif, dan hanya mengatakan bahwa militer AS terus mempertahankan hak untuk membela pasukan keamanan Afganistan jika mereka diserang oleh Taliban.