TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump tidak mempercayai hasil survei pilpres terbaru Reuters yang menyatakan dirinya kalah unggul dibandingkan Joe Biden. Menurutnya, warga Amerika tidak sebodoh itu sampai lebih memilih capres Demokrat tersebut dibandingkan dirinya.
"Saya tidak mempercayai survei yang ada. Saya percaya warga Amerika adalah warga yang pintar. Saya tidak yakin mereka akan memilih orang yang inkompeten sebagai Presiden Amerika," ujar Trump dalam jumpa pers di Gedung Putih, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 30 April 2020.
Mengacu ke survei Reuters, ketika responden ditanyai apakah mereka akan memilih Trump atau Biden pada pilpres November nanti, 44 persen memlih Biden. Mereka yang memilih Trump ada 40 persen, sementara sisanya belum menentukan pilihan.
Ketika survei dirinci lebih jauh ke hasil tiap negara bagian, Biden unggul di wilayah-wilayah yang dulu memenangkan Trump. Beberapa di antaranya adalah Michigan, Wisconsin, dan Pennyslvania di mana Biden unggul dengan perolehan di atas 40 persen. Itulah penyebab kenapa Trump heran dengan hasil survei Reuters.
Trump melanjutkan bahwa Biden tidak hanya inkompeten saat ini saja, namun sepanjang karir politiknya. Trump bahkan mengatakan bahwa tidak ada yang bagus dari kinerja Biden selama ini, terutama dari sisi kebijakan luar negeri. Oleh karenanya, menurut Trump, dirinya lebih pantas menjadi presiden.
"Dia sudah imkompenten selama 30 tahun. Apapun yang dia lakukan hasilnya buruk. Kebijakan luar negerinya juga bencana," ujar Trump.
Meski mencoba mengabaikan hasil survei, beberapa sumber internal menyebut Trump sesungguhnya kaget. Sebab, ia tidak menyangka Biden akan menyalipnya. Trump bahkan sampai mempertanyakan kinerja manajer kampanyenya, Brad Parsacle, karena berbagai data menunjukkan Trump sudah pasti kalah jika pemilu digelar sekarang.
Sementara Donald Trump mencoba memikirkan hasil survei, Joe Biden tengah berhadapan dengan tuduhan telah melakukan pelecehan seksual. Adalah Tara Reade, mantan koleganya, yang menuduh Biden melakukan hal tersebut. Ironisnya, tuduhan itu muncul ketika Biden tengah mencoba menggaet dukungan dari perempuan dengan bantuan Hillary Clinton.
Dikutip dari The Guardian, Biden masih diam soal tuduhan tersebut. Padahal, para aktivis perempuan di Amerika sudah mendesak Biden untuk segera memberikan pernyataan. Manajer kampanye Biden, Kate Bedingfield, mengatakan bahwa tuduhan tersebut tidak benar, namun enggan berkomentar lebih jauh.
ISTMAN MP | REUTERS | THE GUARDIAN