TEMPO.CO, Sydney - Polisi Australia menahan seorang perempuan yang mengikuti demonstrasi sambil menanggalkan pakaiannya saat unjuk rasa “Hari Invasi” digelar di pusat bisnis di Sydney.
Ini merupakan bentuk protes yang dilakukan masyarakat Aborigin agar pemerintah mengubah peringatan “Hari Australia”.
Para pemimpin suku dan demonstran meyakini 26 Januari 2020 seharusnya diperingati sebagai hari berduka.
Sekitar 50 – 60 ribu orang ikut dalam demonstrasi ini di tengah suhu 30 derajat di Sydney, New South Wales.
Seorang perempuan di tengah unjuk rasa itu menarik perhatian dan membuat sebagian orang terkejut setelah dia menanggalkan pakaian.
Perempuan ini dibawa ke sebuah mobil van polisi di taman itu.
“Perempuan itu ditangkap setelah demonstrasi di Victoria Park Broadway pada pukul dua siang kemarin,” kata juru bicara polisi NSW pada Senin, 27 Januari 2020 seperti dilansir News.
Polisi mengatakan perempuan itu dibawa ke kantor polisi Mascot Police Station dan dikenai tuduhan melakukan tindakan asusila dan tidak mengikuti arahan polisi serta melawan saat akan ditangkap.
Perempuan ini diberikan pembebasan bersyarat dan akan muncul pada Pengadilan Lokal Downing Centre pada 17 Februari 2020.
Aksi protes Hari Invasi Sydney dimulai di Hyde Park dengan panitia berharap bisa membawa kerumunan lebih besar daripada tahun lalu, yang mencapai puluhan ribu orang.
Menurut koordinator demonstrasi ini, Raul Bassi, aksi ini lebih bernuansa lingkungan dan perubahan iklim di tengah krisis kebakaran lahan di Australia.
“Satu-satunya solusi adalah memberikan lahan itu kembali ke bangsa Aborigin, yang memiliki koneksi dan cinta tanah,” kata Bassi.
Sedangkan lembaga Inner West Council di Sydney, Australia, mengatakan peringatan Australia Day pada 26 Januari 2020 sebaiknya dibatalkan untuk menghormati bangsa Aborigin. Banyak orang Aborigin yang melihat 26 Januari sebagai “Hari Invasi”.