TEMPO.CO, Washington – Bekas penasehat keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, menuding Gedung Putih menghambatnya untuk mengakses akun Twitter setelah diberhentikan Presiden Donald Trump.
Bolton menduga ini dilakukan karena pemerintah AS merasa khawatir mengenai apa yang akan dia katakan kepada publik.
Bolton, yang sempat menghilang selama beberapa bulan, kembali membuat pernyataan di akun Twitter milikya.
“Sejak mengundurkan diri sebagai penasehat keamanan nasional, Gedung Putih menolak mengembalikan akses ke akun pribadi Twitter saya,” kata Bolton lewat cuitan di @AmbJohnBolton pada Sabtu, 23 November 2019.
Dalam cuitan berikutnya, Bolton mengatakan Gedung Putih tidak pernah mengembalikan akses ke akun Twitternya. “Terima kasih @Twitter karena membela standar komunitasnya dan mengembalikan kontrol kepada akun saya,” kata Bolton.
Dia juga bertanya dalam cuitannya. “Karena takut akan apa yang mungkin saya katakan? Kepada mereka yang berspekulasi saya bersembunyi, saya minta maaf telah mengecewakan.”
Komentar Bolton mengkontradiksi pernyataan yang dibuat Trump sebelumnya pada hari itu di Fox News. Saat diwawancara soal akun Twitter Bolton ini, Trump mengatakan,”Tidak, tentu saja tidak.”
Saat dimintai konfirmasi soal ini oleh CNN pada Jumat malam di sebuah stasiun kereta api di Washington, Bolton menduga Gedung Putih ‘menempelkan piranti lunak’ ke akun Twitternya.
“Mereka menempelkan software ke akun itu, dan Twitter mencopot software itu,” kata Bolton. Dia tidak mengatakan software apa yang dia maksudkan. Dia juga tidak berkomentar soal apakah dia akan bersaksi dalam proses penyelidikan pemakzulan oleh Trump.
Saat ini, proses penyelidikan untuk pemakzulan Trump, seperti dilansir Reuters, sedang berjalan di DPR AS. Ini dilakukan dengan memanggil sejumlah pejabat termasuk duta besar yang dianggap mengetahui upaya Trump meminta Presiden Ukraina agar menginvestigasi bekas Wapres Joe Biden dan putranya Hunter Biden terkait Burisma, yaitu perusahaan gas di Ukraina.