TEMPO.CO, Hong Kong – Pemerintah Hong Kong akan menghentikan kegiatan sekolah pada Kamis, 14 November 2019.
Biro Pendidikan Hong Kong mengatakan keputusan ini dibuat karena adanya gangguan keamanan dan hambatan transportasi bagi pelajar untuk sampai ke sekolah.
Biro juga mendesak demonstran agar menghentikan tindak kekerasan dan perusakan fasilitas publik saat berunjuk rasa.
“Pernyataan ini muncul setelah pemrotes Hong Kong meningkatkan gerakan “mekar di mana-mana” dengan memblokir banyak jalan raya, dan melakukan vandalisme di berbagai lokasi,” begitu dilansir Channel News Asia pada Rabu, 13 November 2019.
Menurut biro, himbauan ini dikeluarkan karena adanya gangguan lalu lintas besar.
“Biro menekankan pintu sekolah tetap buka, dan menyediakan tenaga sebanyak-banyaknya untuk menjaga siswa dan mengizinkan mereka pulang jika kondisi sudah aman.”
Biro juga melarang para siswa berkeliaran di jalanan karena berbahaya. Mereka juga diminta tidak melakukan tindakan melanggar hukum
Krisis Hong Kong memasuki tahapan baru dengan penutupan sekolah dan pusat perbelanjaan hingga penghentian aktivitas jalur kereta api.
Polisi menyebut tindak kekerasan yang dilakukan demonstran mendorong Hong Kong nyaris lumpuh.
Sejumlah pemrotes bertopeng dan mengenakan pakaian serba hitam terlihat terlibat bentrok dengan polisi di sejumlah kampus pasca bentrok pada Selasa, yang berlangsung hingga malam.
Petugas menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
Ini merupakan taktik baru dari demonstran pro Demokrasi Hong Kong, yang menggunakan taktik mekar di mana-mana.
Mereka membuat banyak kelompok kecil, yang menarget banyak lokasi dan menimbulkan sebanyak mungkin gangguan untuk membuat polisi tersebar ke banyak lokasi.
Sebelumnya, demonstran cenderung menggelar aksinya pada malam hari dan akhir pekan.
Namun, demonstran menggunakan taktik baru sejak sejak Senin pekan ini. Mereka menyasar jaringan kereta pai dan mencoba memaksa terjadinya pemogokan massal.
Situasi ini semakin tegang setelah polisi menembak seorang pemuda berusia 20 tahun, yang membuatnya terluka dan dirawat dalam keadaan kritis, pada Senin pekan ini.
Seorang pemuda bertopeng menyiram bensin ke tubuh seorang pria berusia 57 tahun dan membakarnya. Lelaki itu bertengkar dengan sejumlah pengunjuk rasa. Pria ini juga dalam kondisi kritis.
Reuters melansir demonstrasi besar-besaran pro-Demokrasi di Hong Kong ini terjadi sejak Juni 2019 saat warga menolak pengesahan RUU Ekstradisi.
RUU itu memungkinkan warga diekstradisi ke Cina jika dianggap melanggar hukum di sana. Meski RUU itu sudah dicabut, warga terus mendesak diterapkannya sistem demokrasi agar mereka bisa memilih pemimpin sendiri. Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, merupakan pejabat yang ditunjuk pemerintah Cina.