TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Kamboja yang mengasingkan diri di Prancis, Sam Rainsy, mendarat di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, pada Sabtu setelah berjanji untuk pulang ke Kamboja untuk menggalang dukungan menantang penguasa otoriter Hun Sen.
"Pertahankan harapan. Kami berada di jalur yang benar," kata Rainsy setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur dalam sebuah pesan kepada para pendukung, seperti dikutip dari Reuters, 9 November 2019.
"Demokrasi akan menang. Demokrasi telah menang di Malaysia. Demokrasi akan menang di Kamboja."
Ditanya apakah dia berencana untuk kembali ke Kamboja, dia berkata, "Saya tidak bisa mengatakan apa-apa. Saya tidak menyangkal, saya tidak mengkonfirmasi."
Sosok oposisi veteran itu berencana kembali ke Kamboja pada hari Sabtu, Hari Kemerdekaan, yang diklaim Perdana Menteri Hun Sen sebagai upaya kudeta terhadap kekuasaannya yang sudah melenggang selama tiga puluh tahun lebih.
Sebelumnya Sam Rainsy dilarang menaiki penerbangan Thai Airways ke Bangkok di Paris pada hari Kamis. Radio Free Asia melaporkan sebelumnya bahwa otoritas penerbangan sipil Kamboja memperingatkan maskapai yang membawa pulang Sam Rainsy.
Sam Rainsy dan para pemimpin lain dari partai oposisi yang dilarang mengatakan bahwa mereka ingin kembali ke Kamboja dengan melintasi perbatasan darat dengan Thailand. Malaysia sendiri tidak memiliki perbatasan darat dengan Kamboja.
Sementara pemerintah Hun Sen mengerahkan tentara di perbatasan Kamboja dengan Thailand. Sejumlah latihan bahkan digelar latihan menembak dengan peluru tajam.
"Di sepanjang perbatasan, kami menggunakan pasukan yang ada di lapangan...dan kami menggunakan peluru sungguhan dalam latihan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Chhum Sucheat pada Senin.
Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial pada hari Senin, Rainsy mengimbau para prajurit untuk tidak mematuhi jika Hun Sen memerintahkan mereka untuk menembak sesama warga Kamboja.
"Hun Sen bergantung pada pasukan bersenjata, polisi, polisi militer, pengawal, penjaga keamanan ... pasukan bersenjata itu jelas tidak akan mendengarkan perintah Hun Sen dan sekutunya," kata Rainsy.
Seorang pejabat Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) Rainsy yang dilarang di Thailand mengatakan bahwa tidak ada yang akan kembali pada hari Sabtu.
"Kami akan kembali sesegera mungkin," Saory Pon, Sekretaris Jenderal Partai Penyelamatan Nasional Kamboja di Luar Negeri. Dia mengeluh bahwa beberapa pejabat partai di Thailand telah diawasi oleh aparat keamanan di sana.
Juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan mengatakan jika Sam Rainsy kembali, dia akan menghadapi dakwaan di pengadilan.
"Jika dia datang untuk menyebabkan ketidakstabilan dan kekacauan, kita akan menghancurkannya," katanya.
Sebelum usaha Sam Rainsy gagal naik pesawat ke Thailand, Malaysia menahan wakil presiden partainya yang tinggal di AS, Mu Sochua, di bandara sebelum melepaskannya 24 jam kemudian bersama dengan dua pemimpin oposisi Kamboja lainnya yang ditahan sebelumnya.