TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan otomotif Jerman, Volkswagen, menunda investasi senilai USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 20 triliun di Turki karena invasi Turki ke Suriah.
Pembuat mobil terbesar di dunia, yang mengoperasikan 122 pabrik di seluruh dunia, telah bersiap untuk mengambil keputusan akhir tentang pabrik yang direncanakan untuk provinsi Manisa barat Turki, menurut laporan CNN, 15 Oktober 2019.
"Keputusan untuk pabrik baru ditunda oleh dewan manajemen Volkswagen AG," kata perusahaan. "Kami sedang memantau situasi dengan hati-hati dan khawatir tentang perkembangan saat ini."
Pabrik senilai 1,3 miliar euro, atau Rp 20,3 triliun, rencananya akan memproduksi Passat dan Skoda Superb Volkswagen (VLKAF). Grup Volkswagen sudah memiliki satu pabrik di Turki, yang memproduksi kendaraan komersial untuk anak perusahaannya, MAN.
Kendaraan dan personel militer Turki ditempatkan di dekat perbatasan Turki-Suriah di provinsi Sanliurfa, Turki, 12 Oktober 2019. [REUTERS / Murad Sezer]
Dikutip dari Reuters, anggota dewan pengawas Volkswagen, Stephan Weil, perdana menteri di Lower Saxony tempat kantor pusat Volkswagen, mengatakan bahwa dia tidak dapat membayangkan bahwa Volkswagen akan melakukan investasi mengingat keadaan saat ini.
Lower Saxony adalah wilayah dengan suara berpengaruh pada pembuat mobil dengan 20% kepemilikan saham.
"Saya yakin bahwa pandangan saya sama denghhan beberapa orang lain di dewan pengawas,” kata Weil. Weil menambahkan bahwa isu ini akan dibahas dalam pertemuan dewan pengawas berikutnya pada pertengahan November.
"Saya sangat berharap bahwa kita akan kembali ke situasi di mana Presiden Turki menyadari bahwa dia telah menempuh jalan yang sangat berbahaya, dan harus segera diubah," katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pada hari Minggu bahwa ia telah berbicara kepada presiden Turki Tayyip Erdogan bahwa serangan itu harus dihentikan karena berisiko menimbulkan krisis kemanusiaan.
Invasi Turki ke wilayah Suriah Utara diluncurkan pekan lalu untuk merebut daerah yang dikuasai oleh Kurdi, etnis minoritas yang sejak lama bersekutu dengan Amerika Serikat yang memainkan peran utama dalam perang melawan ISIS.