TEMPO.CO, Jakarta - Balita asal Suriah bernama Jouma, 4 tahun, telah membuat basah hati setiap orang yang melihatnya. Dia kehilangan pengelihatannya dan terdapat bekas luka wajah akibat serangan udara saat dia dan keluarganya berupaya melarikan diri dari zona perang.
Setahun setelah penyerangan, kulit Jouma terkadang masih berdarah karena lukanya dan serpihan kaca keluar dari kulitnya yang terluka. Setelah kehilangan pengelihatan, Jouma saat ini mengandalkan seluruh empat indranya. Dia menyentuh wajah orang-orang untuk mengenalinya ketika mereka bertemu lagi.
Di tengah gempuran serangan udara yang membuat kedua mata Jouma hilang, dia dan keluarganya berhasil keluar dari Suriah dan mengungsi ke Lebanon. Mereka saat ini tinggal di lingkungan miskin di ibu kota Beirut, keluarga ini pun masih sangat trauma.
Jouma beserta orang tua dan dua saudara kandungnya, semua hidup bersama di sebuah ruangan kecil. Mereka berharap bisa mendapatkan suaka perlindungan di negara-negara Eropa.
Saat ditemui media, Jouma terlihat tersenyum bermain bersama ayahnya, yang sesekali menciumnya. Ayah Jouma mengaku telah kehilangan segalanya.
Tanpa pengelihatan, Jouma berjalan tanpa bantuan menuruni tangga di kamp pengungsiannya di Beirut. Indranya telah menjadi sangat kuat. Dia menggunakan indra peraba dan sentuhan untuk menghafal wajah orang.
Sebelum mengungsi ke Lebanon, Jouma tinggal di sebuah daerah pedesaan di Suriah utara. Pada 2018 lalu, dia dan keluarganya tetapi terpaksa mengungsi. Ketika bus yang mereka tumpangi dihantam oleh sebuah serangan udara, sebuah jendela bus pecah dan menghancurkan wajah Jouma yang ketika itu baru berusia 3 tahun.
Jouma pilih secara fisik, tapi luka emosionalnya masih membekas. Keluarganya menceritakan bagaimana mereka kesulitan tidur di malam hari karena trauma. Ayah Jouma bahkan saat ini tidak dapat mengingat hal-hal itu karena cedera traumatis yang dideritanya. Trauma psikologis ini akan menyertai selama sisa hidup mereka.
MIRROR MEIDYANA ADITAMA WINATA