TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump juga mengizinkan perusahaan AS untuk berbisnis kembali dengan Huawei setelah berunding dengan Xi Jinping di KTT G20, namun ini bukan berarti Huawei bebas mutlak dari daftar hitam.
Pada Sabtu, Donald Trump mengatakan perusahaan Amerika bisa menjual peralatan teknologi ke Huawei, selama transaksi tidak menyebabkan masalah keamanan nasional.
Baca juga: Donald Trump Akhirnya Izinkan AS Kembali Berbisnis dengan Huawei
Pada Mei, Departemen Perdagangan AS melarang penjualan barang-barang buatan Amerika ke Huawei tanpa terlebih dahulu mendapatkan lisensi. Para pejabat AS menuduh Huawei bekerja untuk merusak keamanan nasional AS dan kepentingan kebijakan luar negeri.
Trump mengatakan Huawei masih menjadi bagian dari diskusi perdagangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Beijing, tetapi untuk saat ini, ia akan mengizinkan perusahaan-perusahaan AS untuk menjual suku cadang ke perusahaan Cina.
"Putaran balik? Donald Trump menyarankan ia akan mengizinkan #Huawei untuk sekali lagi membeli teknologi AS!" tulis Huawei di akun Twitter-nya, mengutip laporan CNN, 1 Juli 2019.
Departemen Perdagangan, yang mengeluarkan larangan terhadap Huawei pada Mei, tidak menanggapi permintaan komentar tentang bagaimana hal itu akan mengubah status perusahaan.
Namun penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan pada hari Minggu bahwa langkah Trump bukanlah amnesti. Dia mengulangi bahwa Huawei dapat melanjutkan pembelian dari perusahaan AS selama tidak ada masalah keamanan nasional.
Baca juga: Trump Beri Izin Beli Komponen, Huawei Bilang Ini
Departemen Perdagangan kemungkinan akan mencari cara untuk memberikan beberapa lisensi sementara bagi perusahaan-perusahaan AS untuk melanjutkan bisnis dengan Huawei.
Huawei membantah tuduhan melakukan pelanggaran dan selama beberapa minggu terakhir telah melobi untuk mendapatkan kembali akses ke produk-produk AS, yang merupakan kunci rantai pasokannya.
"Kami mengakui komentar presiden AS yang berkaitan dengan Huawei kemarin dan tidak ada komentar lebih lanjut saat ini," kata Huawei pada Ahad.
Pendiri Huawei Technologies, Ren Zhengfei (kanan) dan Presiden Cina, Xi Jinping, (kiri). Reuters
Huawei sangat bergantung pada chip komputer yang diimpor dari perusahaan seperti Intel dan Micron. Google juga menyediakan sistem operasi Android untuk Huawei.
Google mengatakan pada Mei bahwa mereka akan mematuhi kebijakan baru pemerintahan Trump dan membatasi akses Huawei ke platform Android, yang dipandang sebagai pukulan dahsyat bagi bisnis ponsel pintar Huawei.
Micron menganggap Huawei sebagai salah satu pelanggan terbesarnya dan menghadapi penurunan pendapatan yang tajam setelah sanksi AS, yakni penjualan unit telepon pintar di luar negeri turun 40 persen dalam minggu-minggu segera setelah Huawei masuk daftar hitam.
Baca juga: Gedung Putih Total Lawan Huawei, Dunia Bisnis AS Meradang
Micron mengumumkan awal pekan ini bahwa ia menemukan solusi untuk larangan tersebut dan dapat melanjutkan setidaknya beberapa pengiriman ke Huawei. Intel dilaporkan melakukan langkah serupa.
Trump tampaknya mengakui bahwa pemasok AS tidak senang dengan kebijakan saat ini.
"Perusahaan (AS) tidak benar-benar senang bahwa mereka tidak bisa menjual," kata Trump, sambil menambahkan Amerika Serikat menjual jumlah produk yang luar biasa kepada Huawei.
Larangan membeli barang dari perusahaan-perusahaan Amerika bukanlah satu-satunya kebijakan yang dihadapi Huawei di Amerika Serikat.
Baca juga: Buntut Huawei Dilarang, Perusahaan Chip AS Rugi Rp 28 Triliun
Perintah eksekutif Trump yang ditandatangani Mei melarang perusahaan AS membeli atau menggunakan peralatan telekomunikasi Huawei. Para pejabat mengatakan peralatan Huawei bisa menimbulkan risiko spionase untuk jaringan infrastruktur Barat.
Huawei, yang dianggap sebagai pemimpin dunia dalam pengembangan teknologi untuk mendukung jaringan 5G, mengatakan pelarangan perusahaan dari Amerika Serikat pada akhirnya akan merugikan bisnis dan konsumen Amerika.