TEMPO.CO, Jakarta - Sistem kereta bawah tanah atau MRT pertama Qatar akhirnya dibuka untuk umum setelah enam tahun pembangunan.
Peresmian MRT Qatar sekaligus sebagai persiapan negara Teluk itu untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Jalur Merah Metro Doha atau Red Line, memulai operasi sebagian pada hari Rabu kemarin, di sepanjang pantai dari distrik al-Qassar di ibu kota, Doha, ke kota selatan al-Wakrah, seperti dikutip dari laporan Al Jazeera, 12 Mei 2019.
Baca: MRT Jakarta Diresmikan, Begini Etika Menaiki Transportasi Umum
Tiga belas dari 18 stasiun pada rute Red Line 40 kilometer, yang menghubungkan al-Wakrah ke kota Lusail di utara, saat ini sedang beroperasi.
Qatar berencana mengoperasikan 75 kereta, merampungkan 37 stasiun dan dua jalur lagi, yakni Jalur Hijau dan Emas pada tahun 2020.
"Ini adalah salah satu proyek besar Qatar dan ini bukan hanya proyek yang dibuka, ini adalah cara baru untuk transportasi di seluruh negeri," ujar Abdulla Al-Mawlawi, direktur hubungan masyarakat dan komunikasi di Qatar Rail mengatakan kepada Al Jazeera. .
"Ini akan menyambut semua warga negara, wisatawan dan...ekspatriat yang tinggal di Qatar," tambahnya.
Bepergian dengan kecepatan 80 hingga 100 kilometer per jam, kereta tanpa pengemudi canggih yang diimpor dari Jepang dibagi menjadi tiga kompartemen: kelas standar, keluarga dan Gold Club.
Setiap kereta dibagi menjadi tiga kompartemen [Showkat Shafi / Al Jazeera]
Setiap kereta dapat menampung 130 penumpang duduk dan memiliki total kapasitas 416 penumpang, kata Mawlawi. Total waktu perjalanan dari al-Qassar ke al-Wakrah adalah sekitar 35 menit.
Pada hari Rabu pagi penduduk kota antusias mengantre untuk membeli tiket dan naik metro untuk pertama kalinya.
Franck Gellet, duta besar Prancis untuk Qatar, termasuk di antara beberapa penumpang pertama yang naik kereta ke arah selatan menuju al-Wakrah.
Satu perjalanan di kompartemen standar berharga 2 riyal atau Rp 8 ribu, sedangkan naik di bagian Gold Club berharga 10 riyal atau setara Rp 40 ribu.
Baca: Diskon akan Berakhir, MRT Jakarta Sosialisasikan Tarif Normal
"Ini adalah momen yang luar biasa untuk memulai metro ini dan menjadi salah satu penumpang yang berada di kereta ini sejak hari pertama," kata Abdul Rahman Al Mahmoud, warga Qatar berusia 48 tahun.
Di stasiun West Bay, di distrik bisnis Doha yang dipenuhi oleh gedung pencakar langit, kerumunan penumpang yang bersemangat menaiki kereta menuju al-Wakrah.
Sandeep Kolli dari India dan rekan-rekannya dari perusahaan manufaktur Jepang Mitsubishi, salah satu sub-kontraktor utama dari proyek Qatar Rail, ada di antara mereka.
"Pembukaan ini sangat istimewa terutama bagi saya karena saya adalah orang yang menurunkan semua kereta ini langsung dari Jepang, jadi saya tahu secara khusus setiap kereta," kata insinyur berusia 35 tahun itu.
Para penumpang berbaris untuk membeli tiket perjalanan perdana MRT Qatar.[Showkat Shafi / Al Jazeera]
Banyak yang mengatakan mereka akan menggunakan transportasi umum setiap hari untuk menghindari kemacetan di jalan dan menghemat uang.
"Mampu memiliki metro ini, itu benar-benar akan mengubah sistem transportasi di dan sekitar Doha," kata Ric Daos, seorang insinyur sipil dari Filipina. "Ini terutama bermanfaat bagi mereka yang tidak punya mobil untuk pergi bekerja."
Kota al-Wakrah adalah salah satu dari delapan stadion sepak bola yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Stadion al-Wakrah berkapasitas 40.000, 15 kilometer selatan Doha, yang akan diresmikan pada 16 Mei.
Baca: Qatar Borong 24 Helikopter Serbu Apache Buatan Amerika
Konstruksi MRT Metro Doha dimulai pada 2013 dan berlanjut di tengah krisis diplomatik regional setelah negara tetangga Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, serta Mesir, memberlakukan blokade darat, udara dan laut di Qatar.
Tahap kedua konstruksi MRT Qatar, termasuk tambahan Jalur Biru dan 60 stasiun lagi, yang diharapkan selesai pada 2026.