TEMPO.CO, Jakarta - KBRI Canberra mengawal kasus dua mahasiswa Indonesia yang diserang dan dilecehkan saat menuju halte bus di Canbbera, Australia, pada Kamis 7 Februari.
Dikutip dari laporan ABC, 9 Februari 2019, kedua mahasiswi dilecehkan secara verbal dan bahkan salah satu korban dipukul sampai terpental. Kejadian berlangsung di kawasan Canberra City Centre pada pukul 4.30 waktu setempat.
Wilhelmus Poek, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) atau ACT, mengatakan kedua mahasiswa berkuliah di Australian National University (ANU) dan University of Canberra.
Baca: Dua Mahasiswa Indonesia Disebut Alami Penyerangan di Canberra
Menurut pengakuan korban, kata Wilhelmus, keduanya sedang berjalan menuju pemberhentian bus dekat pusat perbelanjaan dan didatangani oleh serang perempuan bersama temannya dan tiba-tiba mengeluarkan kata-kata kasar.
"Dia mencaci maki lagi, seperti 'kenapa kamu berpakaian serba hitam','kenapa kamu masih hidyo,'itu tidak adil bagi kita,'mana HP kamu," tulis kronologi dari pengakuan korban yang dibagikan di jejaring sosial WhatsApp.
"Aku dan temanku hanya diam, kemudian dia memukul dengan keras telingan teman saya sampai terpental dan lututnya berdarah. Bahkan celana saya sobek," lanjut kronologi.
Baca: Belinda Lopez, Mahasiswa Asal Australia Dicekal Masuk ke Bali
PPIA ACT mengimbau mahasiswa Indonesia agar waspada. Wilhelmus belum mengetahui motif penyerangan, namun diduga kuat serangan dipicu sentimen rasis.
Sementara KBRI mengatakan telah berkomunikasi dengan korban soal penyerangan ini.
"KBRI Canberra telah komunikasi langsung dengan kedua mahasiswi pada 8 Februari. KBRI Canberra akan mendampingi dalam menyelesaikan masalah ini secara hukum," kata Ghofar Ismail dari Pensosbud KBRI Canberra kepada Tempo, 9 Februari 2019. Saat ini kepolisian Canberra masih melakukan pengusutan dan mencari pelaku.
Baca: Pelajar Australia Rasakan ini saat Kuliah di Indonesia
Kemenlu RI menyayangkan tindakan kekerasan terhadap dua mahasiswi Indonesia di Canberra.
"Kita menyayangkan terjadinya tindakan kekerasan terhadap dua mahasiswa WNI di Canberra," kata juru bicara Kemenlu RI Arrmanatha Nasir kepada Tempo dan menambahkan KBRI Canberra memberikan pendampingan kepada kedua mahasiswa Indonesia korban penyerangan yang masih trauma.