TEMPO.CO, Jakarta - Siobhan, yang merupakan seorang mahasiswa jurusan psikologi dari Deakin University, di Victoria, Australia, berkesempatan menjajal kuliah di Indonesia melalui program beasiswa Colombo Plan 2018. Kepada Tempo, Siobhan menceritakan struktur pendidikan antara Australia dan Indonesia cukup berbeda.
Baca:Ini Keunikan Australia di Mata Indonesia
Di Australia, mahasiswa tidak harus datang ke kelas untuk belajar. Artinya, mereka mereka memiliki pilihan untuk masuk kelas atau tidak. Namun di Indonesia, mahasiswa wajib masuk kelas.
Bukan hanya itu, Siobhan melihat sosok guru di Indonesia sangat dihormati. Dia meyakini ini terkait erat dengan budaya Indonesia.
Selama berkuliah dua semester di Universitas Bina Nusantara, Siobhan, yang berkuliah jurusan psikologi, rupanya mengambil banyak mata pelajaran di luar jurusannya, seperti filosofi dan musik Indonesia.
Julang Pujianto, Direktur Amerika 2 Kementerian Luar Negeri, membuka ASEM Day, Selasa, 26 Maret 2018 di Universitas Bina Nusantara. ASEM Day ditujukan untuk menarik partisipasi kalangan muda saling berinteraksi antar negara mitra-mitra ASEM. TEMPO/Suci Sekarwati
Baca: Wapres: Kunjungan ke Australia Fokuskan Pendidikan
Siobhan yang berpartisipasi dalam pembukaan ASEM Day, 26 Maret 2018, mengatakan beasiswa Colombo Plan, yang diberikan pemerintah Australia adalah salah satu cara paling bagus bagi generasi muda Australia untuk memulai memperkuat hubungan Indonesia-Australia.
“Saya ingin katakan kepada masyarakat Australia untuk datang, belajar dan mulai membangun hubungan setidaknya antar masyarakat kedua negara. Saya ingin pemerintah Australia lebih peduli dengan kawasan dan negara-negara tetangga, ketimbang mengikuti Amerika Serikat mentah-mentah seperti yang dulu dilakukan,” kata Siobhan, yang tak menyebut nama belakangnya.
ASEM atau Asia-Europe-Meeting adalah forum yang dibentuk untuk membicarakan masalah-masalah di dua benua, yakni Eropa dan Asia. Sekarang ini, ASEM memiliki 53 mitra, diantaranya Indonesia dan Australia.