TEMPO.CO, Jakarta - Ulama dan pakar tafsir Al-Quran, Quraish Shihab mengatakan agama dan kemanusiaan berdampingan untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmoni.
Hal itu disampaikan Quraish Shihab di hadapan sekitar 400 ulama dan tokoh agama dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia yang diadakan di Uni Emirat Arab, Senin, 4 Februari 2019.
Baca: 8 Hal yang Perlu Diketahui tentang Umat Kristen di UEA
Namun menurut Quraish, manusia dihadapkan pada tantangan dalam mewujudkan persaudaraan manusia, yakni peradaban modern yang terlalu mementingkan aspek material dan mesin, disertai dengan sifat rakus atau tamak, egoisme dan mengesampingkan manusia dan kemanusiaan.
Meski demikian, ulama terkemuka Indonesia ini optimistis bahwa kesempatan untuk mewujudkan persaudaraan manusia masih terbuka luas.
Baca: 4 Fakta Menarik dari Kunjungan Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab
"Bukan saja karena kita harus optimistis dalam segala hal, atau karena naluri kebaikan ada dalam diri setiap insan, tetapi karena tanda-tanda ke arah itu terbentang jelas di depan mata kita. Antara lain, hubungan yang baik antara tokoh-tokoh agama, saling tukar pikiran antar sesama, dengan gagasan-gagasan yang mencerahkan untuk kebaikan umat manusia dan kedamaian dunia," kata Quraish dalam rilisnya yang diterima Tempo, Rabu, 6 Februari 2019.
Quraish menghadiri Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab sebagai anggota Majelis Hukama' Al-Islam atau Moslem Elders Councils, Majelis Orang-orang Bijak Muslim. Quraish merupakan salah satu pendiri majelis tersebut bersama beberapa ulama lain dari Maroko, Tunisia, Uni Emirat Ara, dan Nigeria.
Baca: Senjata AS Diduga Disalahgunakan Koalisi Arab dalam Perang Yaman
Majelis HukamA' Al-Islam dipimpin Ahmed At-tayyeb sebagai Imam Besar Al-Azhar di Mesir. Oganisasi ini bertujuan menghindarkan kekerasan dalam bentuk apapun serta mengedepankan dialog sambil menegaskan baha perbedaan pendapat harus dihormati walaupun tidak disetujui.
Hasil pertemuan itu diakhiri dengan pendeklarasian dokumen bertajuk Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Ahmed At-Tayyeb.