TEMPO.CO, Jakarta - Selama tiga hari kunjungan bersejarahnya ke Uni Emirat Arab, Paus Fransiskus mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keberpihakannya pada kemanusiaan dan perdamaian, di antaranya soal perang di Yaman, Libya, dan Suriah, di mana Uni Emirat Arab terlibat di dalam perang.
Berikut 4 fakta menarik perhatian dunia selama Paus Fransiskus berada di UEA atas undangan Putra Mahkota Abu Dhabi, Pangeran Syeikh Mohammed bin Zayed yang mencanangkan tahun 2019 sebagai Tahun Toleransi dan mengadakan Pertemuan Antariman yang dihadiri sekitar 100 tokoh agama di dunia.
Baca: Pesan Damai Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar dari UEA
Untuk pertama kali pemimpin umat Katolik berkunjung ke Semenanjung Arab. Menurut Pemimpin Gereja Katolik di UEA, Bahrain, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Yaman, Uskup Paul Hinder, kunjungan Paus ke jantung Islam memberi tanda bahwa sekalipun berbeda keyakinan iman, maka Paus harus membangun jembatan.
"Umat Kristen di Teluk telah sangat lama menantikan kunjungan ini," kata Uskup Hinder seperti dikutip dari Guardian, Sabtu, 2 Februari 2019.
Jemaah membawa poster bertuliskan ucapan terima kasih kepada UEA telah mengundang Paus Fransiskus, dalam misa terbuka di Stadion Zayed Sports City di Abu Dhabi, UEA, Selasa, 5 Februari 2019. Misa ini dihadiri sekitar 170 orang. Vatican Media/Handout via REUTERS
2. Paus Fransiskus menyadari dirinya diundang oleh putra mahkota Abu Dhabi, namun pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap perang yang terjadi di Yaman, Suriah, Irak, dan Libya.
"Perang tidak akan dapat menciptakan sesuatu kecuali kesengsaraan, senjata tidak memberikan apa-apa kecuali kematian," kata Paus di dalam pertemuan antar UIman yang dihadiri ratusan orang dengan berbagai latar belakang keyakinan.
"Saya secara khusus memikirkan Yaman, Suriah, Irak, dan Libya," kata Paus Fransiskus seperti dikutip dari Al Jazeera.
Paus Fransiskus menegaskan pernyataannya: "Tidak ada kekerasan dapat dibenarkan atas nama agama."
Baca: Misa Pertama Paus Fransiskus di Arab Dihadiri 135 Ribu Orang
Paus Fransiskus berinteraksi dengan jemaah dalam misa terbuka di Stadion Zayed Sports City di Abu Dhabi, UEA, Selasa, 5 Februari 2019. Vatican Media/Handout via REUTERS
UEA merupakan salah satu negara di jazirah Arab yang terlibat perang di Yaman, Suriah, dan Libya.
PBB telah mengeluarkan pernyataan bahwa krisis kemanusiaan terparah di dunia terjadi di Yaman. Situasi ini dipicu dengan keterlibatan Arab Saudi, UEA, dan sekutunya dalam perang antara pasukan pemerintah Yaman dengan pemberontak Houthi.
"Tidak ada alternatif: kita akan membangun masa depan bersama atau tidak ada masa depan."
3. Paus meminta kesetaraan agama di wilayah Semenanjung Arab.
Paus meminta agar orang yang berbeda kepercayaan atau agama memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
Menurutnya, hanya dalam kasus kekerasan dengan segala bentuknya, maka hak kesetaraan itu dihilangkan.
UEA sebagaimana negara-negara Teluk Arab lainnya, mengutip Reuters, melarang pertemuan agama yang dianggap tidak resmi dan non-Muslim dilarang berdoa di tempat umum atau berdakwah. Warga asing yang beragama Kristen bebas beribadah namun di ruang pribadi.
Baca: Paus Fransiskus Haus Perdamaian, Menolak Perang di Timur Tengah
4. Kunjungan Paus Fransiskus ke UEA, tak hanya disambut umat Katolik yang jumlahnya mencapai 1 juta jiwa di negara itu, melainkan ribuan orang yang berbeda agama dan beda kewarganegaraan.
Menurut laporan Reuters, puluhan ribu umat Katolik dan ribuan Muslim menghadiri perayaan Misa oleh Paus Fransiskus yang belum pernah dilakukan di UEA.
Mereka melambai-lambaikan bendera Vatikan di Stadium Zayed Sports City, tempat berlangsungnya ibadah misa yang dipimpin Paus Fransiskus.
Penyelenggara misa yang dipimpin Paus Fransiskus mengatakan, umat Katolik dari sekitar 100 negara menghadiri ibadah Misa. Sekitar 4 ribu Muslim dan para pejabat pemerintah menyaksikan jalannya ibadah misa secara terbuka untuk pertama kali di UEA.