TEMPO.CO, Moskow – Pemerintah Rusia membantah mengirimkan pasukan tentara bayaran ke Venezuela untuk mendukung Presiden Nicolas Maduro, yang menghadapi tekanan kelompok oposisi agar mundur.
Baca:
Sebelumnya, Kremlin diberitakan mengirimkan 400 anggota pasukan tentara bayaran dari perusahaan Wagner untuk memperkuat posisi Maduro.
Pemerintah Rusia mendukung Maduro untuk mempertahankan kekuasaannya. Sedangkan pemerintah Amerika Serikat mendukung pimpinan oposisi Juan Guaido, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden interim, untuk menggantikan Maduro.
Baca:
“Tidak tentu saja,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, saat ditanya soal pengiriman pasukan tentara bayaran ini seperti dilansir Daily Mail pada Senin, 28 Januari 2019.
Duta besar Rusia di Caracas, Venezuela, juga membantah berita soal pengiriman pasukan tentara bayaran itu.
Baca:
Kabar pengiriman pasukan tentara bayaran ke Venezuela ini muncul dari pernyataan seorang pemimpin Cossack, yang dekat dengan vetera tentara di Rusia. Dia mengklaim sekelompok tentara bayaran baru saja balik dari misi di Gabon. Tentara ini lalu melanjutkan perjalanan ke Venezuela lewat Kuba.
Situasi di Venezuela semakin menegang setelah pimpinan oposisi Juan Guaido mendesak pemerintah menggelar pemilu ulang. Seperti dilansir Reuters, desakan ini muncul dari berbagai negara seperti AS, Uni Eropa, Argentina, dan sejumlah negara Amerika Latin lainnya.
Baca:
Menanggapi ini, Maduro malah menggelar latihan militer di negara bagian Carabobo. Dia mendesak semua komponen bangsa melawan upaya kudeta. Maduro baru saja dilantik sebagai Presiden Venezuela pada 10 Januari 2019 untuk masa enam tahun.
Namun, pemilu Venezuela dituding berlangsung penuh kecurangan sehingga Maduro dianggap tidak memiliki legitimasi.
“Venezuela tidak terikat dengan Eropa. Ini tidak masuk akal,” kata Maduro menanggapi desakan pemilu ulang. Soal ini, Paus Fransiskus meminta agar ada solusi damai dari krisis yang terjadi di Venezuela dan penghormatan kepada HAM.