TEMPO.CO, Jakarta - Pidato tahun baru pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, adalah yang dinantikan dari serangkaian ucapan pemimpin dunia. Kim Jong Un duduk di kursi kulit dengan jas formal ala barat lengkap dengan dasinya, menyampaikan pidato tahun barunya pada Selasa dan disiarkan di televisi negara.
Dalam laporan Reuters, yang dikutip Tempo pada 2 Januari 2018, pesan pokok yang ingin disampaikan oleh Kim Jong Un adalah peringatan kepada AS. Dalam pesannya, atau lebih tepat ultimatumnya, Kim menegaskan komitmennya terhadap denuklrisasi namun akan menempuh cara lain jika AS tidak melonggarkan sanksi. Kim juga mengultimatum agar AS tidak melanjutkan latihan militer atau mengirim aset tempurnya ke Korsel.
Baca: Pesan Tahun Baru Kim Jong Un Peringatkan Amerika Serikat
Meskipun tersirat ancaman dalam pesan tahun barunya, Kim mengungkapkan peluang untuk kembali bertemu dengan Donald Trump. Selain itu, pesan Kim Jong Un menyiratkan sejumlah poin penting yang mungkin akan menentukan arah yang akan diambil Korut sepanjang tahun 2019, poin-poin berikut dilansir dari Washington Post, 2 Januari 2018.
1. MASALAH EKONOMI
Dua per tiga pidato Kim Jong Un tentang ekonomi. Tahun lalu Kim mengumandangkan cara memajukan Korut, yakni mengembangkan senjata nuklir dan ekonomi secara bersamaan.
Kim sendiri tidak mengendurkan senjata nuklirnya. Ia hanya mengatakan telah menyempurnakan persenjataan nuklir dan menggeser fokus negara ke konstruksi ekonomi sosialis.
Kim juga tidak berkomitmen untuk reformasi ekonomi struktural besar-besaran yang bisa menghasilkan pertumbuhan bekelanjutanan, setidaknya belum dilihat sampai sejauh ini.
Namun Kim Jong Un dipastikan berambisi meningkatkan taraf hidup bangsa dan ekonomi negara. Salah satunya peningkatan pasokan listrik dengan tenaga nuklir dan modernisasi di seluruh sektor.
Kim Jong Un berulang-ulang menyebut prinsip "Juche" yakni prinsip kemandirian ekonomi, serupa cita-cita berdikari ala Soekarno. Namun Kim Jong Un secara terbuka menyadari betapa pentingnya investasi dan perdagangan asing.
2. KIM JONG UN INGIN KOREA MEMIMPIN NASIBNYA SENDIRI
Kim menyiratkan bahwa Pyongyang dan Seoul harus menentukan nasibnya sendiri, yang secara tak langsung menyindir peran AS di Semenanjung Korea.
Terlihat selama pidatonya di mana Kim Jong Un bukan hanya berpidato mewakili Korea Utara, tetapi seluruh Korea. Ia mengajak seluruh warga Korea dengan slogan "Mari kita songsong masa perdamaian, kemakmuran dan penyatuan kembali Semenanjung Korea dengan menerapkan sepenuhnya deklarasi Korea Selatan-Korea Utara yang bersejarah!"
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memeluk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat acara penyambutan kenegaraan di Bandara Internasional Pyongyang Sunan di Korea Utara, 18 September 2018. Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS
Deklarasi itu mencakup upaya bersama untuk membantu Kim dengan tujuan ekonominya, termasuk renovasi dan penyambungan kembali jalur kereta api Utara ke Selatan. Dia mengatakan akan mendukung pembukaan kembali sebuah taman industri yang bergantung pada investasi modal Korea Selatan dan zona pariwisata di Gunung Kumgang, atau Gunung Diamond di Korea Utara. Kim Jong Un juga meminta AS tidak ikut campur masalah pertahanan di Semenanjung Korea.
3. NUKLIR AKAN SELALU ADA