Dalam pidatonya, yang paling ditunggu-tunggu adalah nasib senjata nuklir Korut. Kim mengisyaratkan kemungkinan penutupan produksi senjata nuklir jika AS mengambil langkah yang setara, apapun bentuknya.
Dia juga mendukung komitmennya terhadap denuklirisasi Semenanjung Korea, yang berlawanan dengan syarat yang diajukan Washington dan Seoul, yang bukan berarti denuklirisasi sepihak Korea Utara.
Kedua bidang ini perlu diklarifikasi lebih lanjut dalam negosiasi.
Perhitungan strategis Kim tidak akan pernah membuang arsenal nuklirnya dan berharap yang terbaik dari pemerintahan yang lebih bersahabat dan suportif di Washington. Pasalnya, senjata nuklir adalah kartu andalan Kim Jong Un.
Kim melihat senjata nuklir sebagai pencegah utama bagi serangan militer AS. Kecuali ancaman itu benar-benar hilang, dia tidak akan menyerah. Dia juga percaya senjatanya menempatkannya pada posisi yang kuat di mana dia dapat mengajukan tuntutan dan syarat.
Korea Utara sudah cukup jelas tentang poin-poin ini, tapi Kim mengejanya sekali lagi.
Pesannya kepada Trump jelas, AS mesti menghapus sanksi dengan segera atau ia akan mencoba pendekatan yang berbeda. Tidak jelas apa yang dimaksud Kim dengan "pendekatan yang berbeda", namun diyakini ini bukan sesuatu yang diharapkan AS.
4. KIM JONG UN INGIN TERLIHAT TEGAS DI MATA DUNIA
Pidato berdurasi 30 menit itu membuat Kim Jong Un terlihat tegas dan berbeda dengan gambaran dirinya di Barat.
Meskipun bukan orator yang aktif dan handal, Kim dengan percaya diri menyampaikan pidato yang direkam sebelumnya dalam sebuah ruangan perpustakaan kepresidenan, dengan panel kayu gelap dan bendera partai nasional.
Baca: Kim Jong Un Surati Moon Jae-in, Apa Isinya?
Dia diapit oleh potret besar kakeknya yang karismatik, pendiri nasional Kim Il Sung, dan ayahnya, mendiang pemimpin Kim Jong Il, yang terkenal tidak suka bicara dan tidak pernah berbicara seperti ini di tahun baru.
Kim Jong Un selama pidato tahun baru.[REUTERS]
Namun citra yang disebarkan ke bangsanya dan dunia pada Selasa kemarin, ketika Kim menyampaikan pidato yang disusun sebelumnya, haruslah memiliki pesan baru bahwa Kim Jong Un mewakili bangsanya sendiri, seorang pemimpin modern, terhormat yang masuk dalam jajaran panggung dunia.
Kim Jong Un mungkin berbagi panggung berikutnya dengan Donald Trump, untuk pertemuan puncak kedua mereka, di mana Kim memberikan lampu hijau lewat pidato tahun barunya.