TEMPO.CO, Jakarta - Pakistan berencana melonggarkan aturan visa bagi turis dari 55 negara. Langkah itu dilakukan untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata Pakistan setelah diaduk-aduk oleh kelompok radikal yang melancarkan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
"Kami sedang mengevaluasi kembali kebijakan-kebijakan visa kami. Kami sedang mencoba menarik turis dari 55 negara dengan memberlakukan bebas visa. Kebijakan bebas visa ini sebagian besar berlaku pada negara-negara Eropa," kata Menteri Informasi Pakistan, Fawad Chaudhry, seperti dikutip dari english.alarabiya.net, Minggu, 23 Desember 2018.
Baca: Pakistan Beri Kewarganegaraan Etnis Pashtun Setelah 150 Tahun
Pakistan antusias untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata negara itu setelah Portugal pada bulan ini mendeklarasikan Pakistan sebagai negara yang aman untuk plesiran. Prancis juga sudah melonggarkan peringatan bepergian ke negara-negara Asia selatan.
"Saya gembira sekali peringatan bepergian dari negara-negara luar sudah diubah," kata Chaudhry.
Baca: Dapat Ancaman, Belanda Pulangkan Staf Kedubes di Pakistan
Menghidupkan kembali sektor pariwisata telah menjadi ambisi Perdana Menteri Pakistan yang baru, Imran Khan. Lewat pariwisata, Imran ingin memamerkan pada dunia kejayaan Pakistan. Dia pun mengaku menerima banyak komplain terkait proses visa.
Diantara orang yang pernah mengalami kendala visa adalah mantan pemain bola asal klub Real Madrid, Kaka dan Luis figo. Keduanya pernah gagal mendapatkan visa saat hendak ke Pakistan untuk sebuah kunjungan promosi.
"Kami menolak memberikan visa kepada Kaka dan Figo, bisakah Anda percaya itu? Saya menelepon petugas terkait dan mereka mengatakan tidak pernah mendengar nama Kaka," kata Chaudhry, sambil tertawa.
Pada 1970-an, Pakistan pernah terkenal sebagai pusat pariwisata dunia atau ketika jalur hippie membawa para pelancong dari negara-negara Barat melalui kebun aprikot dan kenari di Lembah Swat dan Kashmir saat mereka melakukan perjalanan ke India dan Nepal.
Namun tak lama kemudian, situasi keamanan memburuk dan penerapan hukum Islam yang keras telah memangkas jumlah turis ke Pakistan. Kondisi ini diperburuk dengan keikutsertaan Pakistan dalam perang yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan setelah serangan teror 11 September 2001 di New York dan Washington.
Namun keamanan Pakistan telah berangsur pulih secara dramatis. Hal ini ditandai dengan berkurangnya serangan-serangan oleh militan garis keras di Pakistan yang berpenduduk 208 juta jiwa.