TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tahanan perempuan Australia yang hamil 36 minggu terpaksa melahirkan sendirian di sel penjara yang terkunci. Ia akhirnya melahirkan di penjara meskipun meminta pertolongan berulang kali.
Peristiwa ini terjadi di Lapas Perempuan Bandyup di negara bagian Australia Barat, menurut laporan Inspektur Lembaga Permasyarakatan, Neil Morgan, dikutip dari Newsweek, 12 Desember 2018.
Laporan tersebut mengungkap sejumlah kegagalan termasuk komunikasi yang buruk, staf yang lambat bertindak, pelaporan insiden yang cacat, dan fakta bahwa akomodasi bagi tahanan di fase akhir kehamilan tidak memadai.
Baca: Keluar dari Penjara, Eks Sipir Perempuan Kencani Eks Narapidana
"Saya ingin tahu bagaimana peristiwa semacam itu bisa terjadi di penjara Australia di abad 21 dan ingin mencegah hal ini terjadi lagi," kata Morgan
"Kami menemukan bahwa kesalahan manusia, prosedural dan sistemik telah terkombinasi dan menciptakan risiko yang serius dan harusnya dapat dihindari untuk ibu dan anak."
Lapas Perempuan Bandyup di Australia Barat.[PerthNow]
Pada 11 Maret, sekitar pukul 5.30 petang waktu setempat, tahanan yang hanya disebut dengan nama Amy, dipanggil dari sel keamanan maksimumnya untuk memberi tahu staf bahwa ia merasa sakit dan akan melahirkan. Dia diperiksa dan diberi parasetamol sebelum dibawa kembali ke selnya. Namun Amy kembali kesakitan dan melahirkan pada pukul 7.40 malam.
Staf keperawatan telah tiba 5 menit sebelumnya tetapi dipaksa untuk berkomunikasi dengannya melalui pintu palka kecil di pintu karena petugas yang memiliki kunci sel tidak ada di tempat.
Baca: Warga Inggris Cerita Pengalaman di Penjara Uni Emirat Arab
Bahkan para perawat tidak langsung masuk ke sel sampai beberapa menit setelah kelahiran, menurut laporan. Beruntung persalinan lancar tanpa komplikasi, baik Amy dan bayinya dipindahkan ke rumah sakit sore itu.
Laporan menyoroti bagaimana staf bertindak lambat meskipun mereka tahu bahwa Amy berada di tahap akhir kehamilan.
"Staf yang datang untuk berbicara dengannya selama waktu ini juga sangat sadar akan kondisinya yang kritis. Saya pikir hal itu tidak bisa dimaafkan mengetahui Amy tidak didampingi staf medis ketika melahirkan, dan baru bertindak setelah anaknya lahir dengan menyebur Kode Merah."
Baca: Kabur dari Rutinitas, Warga Korea Selatan Liburan ke Penjara
"Saya juga prihatin dibutuhkan waktu antara 7 hingga 12 menit agar pintu sel dibuka setelah Kode Merah dibunyikan. Di penjara, penundaan tujuh menit, apalagi 12 menit, dalam menanggapi keadaan darurat medis bisa berakibat fatal. Dalam kasus Amy, banyak hal bisa berakhir buruk," tambah Morgan.
Morgan juga mengatakan bahwa tidak ada perencanaan yang tepat untuk narapidana perempuan pada tahap akhir kehamilan di Brandyup, dan sejumlah penjara lain di Australia, yang membuat tahanan tidak mendapat tanggapan medis semestinya ketika melahirkan.