TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Prancis menunda kenaikan harga BBM selama enam bulan setelah unjuk rasa kelompok rompi kuning yang diwarnai aksi kekerasan dan pengrusakan dan pembakaran fasilitas publik dan kendaraan pribadi di sejumlah kota besar selama November ini.
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengumumkan penundaan kenaikan harga BBM yang awalnya direncanakan berlaku pada 1 Januari 2019. Penundaan itu diperkirakan akan mengahkiri unjuk rasa.
Baca: Prancis Dilanda Unjuk Rasa Pekan Ketiga, 100an Orang Ditangkap
Deutsche Welle melaporkan, Philippe menyerukan untuk mengakhiri kekerasan. Dia menegaskan, n tidak ada kenaikan harga BBM yang layak untuk dipertaruhkan dengan keutuhan Prancis.
Menanggapi penundaan kenaikan harga BBM, salah satu pemimpin pengunjuk rasa mengatakan protes itu merupakan langkah awal dan mereka tidak akan puas sampai di situ.
Sedangkan pemimpin partai ekstrim kanan, Nasional Rally melalui akun Twitter mengatakan, moratorium kenaikan harga BBM sedang dipertimbangkan tapi moratorium hanya sebatas penundaan.
Senator Republik Bruno Retailleau menggambarkan moratorium sebagai penangguhan hukuman dan benar-benar tidak memadai. Dia mengatakan, rakyat Prancis menyerukan pembatalan bukan penundaan.
Pengunjuk rasa mengenakan rompi kuning untuk memprotes kenaikan harga BBM selama demonstrasi di Arc de Triomphe, Paris, Prancis, 1 Desember 2018.[REUTERS]
Baca: 280 Ribu Orang Prancis Unjuk Rasa Menentang Pajak BBM Macron
Terkait dengan unjuk rasa yang diwarnai kekerasan, kantor penuntut umum Paris telah memulai penyelidikan terhadap orang-orang yang memegang otoritas publik setelah video yang diunggah di media sosial menunjukkan seorang pria dipukuli oleh delapan polisi pada unjuk rasa hari Sabtu lalu.
Selama akhir pekan, para pengunjuk rasa membakar puluhan mobil dan beberapa etalase di sepanjang Champs Elysees. Monumen Arc de Triomphe disemprot dengan grafiti.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam protes tersebut dan bersumpah bawa ia tidak akan pernah menerima kekerasan.
"Tidak ada alasan yang membenarkan pihak berwenang diserang, bisnis dijarah, orang yang lewat atau wartawan terancam dan Arc de Triomphe telah dikotori." kata Macron setelah pertemuan G20 di Argentina.
Baca: Menjelang Pemilu, Prancis Digoyang Unjuk Rasa Anti-Rasis
Aksi unjuk rasa yang dipimpin kelompok rompi kuning ini merupakan yang terburuk terjadi di Perancis dalam satu dekade.
Pemicu unjuk rasa ini adalah pemerintah menaikkan harga BBM yang awalnya diusulkan sebesar 4 sen euro perliter menjadi 1,42 € atau $ 1,62 per liter di Paris. Harga itu sedikit lebih dari mahal dari harga solar. Tidak hanya kenaikan harga BBM, rencana kenaikan harga listrik dan gas, dan rencana untuk memperketat pemeriksaan keselamatan pada kendaraan juga ditangguhkan.
DW.COM I MIS FRANSISKA DEWI