TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kota Paris, Prancis mencabut penghargaan yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi karena pemimpin gerakan demokrasi Myanmar ini dinilai gagal berbicara lantang menolak penindasan terhadap etnis minoritas Rohingya.
"Berbagai tindak kekerasan HAM terekam di Myanmar dan kekerasan dan persekusi oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap minoritas Rohingya," kata juru bicara pemerintah kota Paris, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 1 Desember 2018.
Baca: Status Kewarganegaraan Kehormatan Kanada Aung San Suu Kyi Dicabut
Wali kota Paris, Anne Hidalgo secara langsung mencabut penghargaan kemerdekaan Paris untuk Suu Kyi.
Tahun lalu, Hidalgo menulis surat kepada Suu Kyi untuk menyampaikan keprihatinannya dan menyerukan untuk menghormati hak minoritas Rohingya, namun surat itu tidak dibalas.
Tim HAM PBB menemukan bukti pembunuhan yang meluas, pemerkosaan, penyiksaan dan arson dan meminta sejumlah jenderal untuk dituntut atas tuduhan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca: Sebut Berkhianat, Amnesty Cabut Penghargaan Bagi Aung San Suu Kyi
Suu Kyi menjadi pemimpin pertama penerima penghargaan simbolik yang kemudian dicabut. Pembahasan tentang pencabutan penghargaan ini akan difinalisasi oleh dewan kota pada pertemuan di pertengahan Desember nanti.
Langkah Hidalgo juga dilakukan oleh Glasgow, Edinburg dan Oxford.
Sebelumnya, penghargaaan untuk Aung San Suu Kyi sebagai warga negara Kanada dan Ambassador fo Conscience Award oleh Amnesty International juga sudah dicabut.