TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sangat yakin perintah pembunuhan terhadap wartawan Jamal Khashoggi, 59 tahun, atas perintah dari pejabat tinggi di Kerajaan Arab Saudi. Namun Erdogan tidak yakin perintah itu bersumber dari Raja Salman.
Khoshoggi adalah wartawan senior asal Arab Saudi yang dikenal suka mengkritik kebijakan Kerajaan Arab Saudi. Dia tewas di bunuh di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Baca: Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Apa Kata Pejabat Israel?
“Kita harus mengungkap identitas dalang pembunuhan Khashoggi. Ankara telah melakukan apapun agar bisa melihat seluruh aspek dari kasus ini. Kami semua terkejut dan sedih oleh upaya dari pejabat tinggi Arab Saudi dalam menutup-nutupi pembunuhan berencana terhadap Khashoggi dan bukannya membawa para pemicu kasus ini ke pengadilan seperti yang juga diminta oleh negara-negara sahabat,” kata Erdoga, seperti dikutp dari aljazeera.com, Minggu, 4 November 2018.
Baca: Sebulan Kematian Jamal Khashoggi, AS-Turki Saling Cabut Sanksi
Presiden Erdogan sebelumnya pada Jumat, 2 November 2018, menuliskan opini yang dimuat di surat kabar Washington Post. Dalam tulisan opini itu, Erdogan menyerukan kepada Kerajaan Arab Saudi agar menjawab pertanyaan-pertanyaan menggantung terkait pembunuhan pada 2 Oktober lalu terhadap Khashoggi.
Pembunuhan terhadap Khashoggi telah memancing kecaman dunia internasional. Upaya pembuktian yang dilakukan otoritas Turki dan Arab Saudi tidak banyak membuahkan hasil.
Presiden Erdogan tak bisa menutupi kecemasannya atas jasad Khashoggi yang sampai sekarang tak diketahui keberadaannya. Dia pun mendesak Riyadh agar menjelaskan siapa yang memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi dan mengidentifikasi lokal kolabolator yang disebut Arab Saudi sebagai pihak yang diserahi jasad Khashoggi.
“Sayang sekali otoritas Arab Saudi telah menolak seluruh pertanyaan-pertanyaan itu,” kata Erdogan, mengutarakan kekecewaannya terkait kasus pembunuhan khashoggi.