TEMPO.CO, Jakarta - Pangeran Ahmad bin Abdulaziz, 70 tahun, adik Raja Salman, dilaporkan telah kembali ke Riyadh, Arab Saudi. Kepulangan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz dari London ke Riyadh dilakukan di tengah derasnya pemberitaan kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, 59 tahun.
Dikutip dari aljazeera.com, Kamis, 1 November 2018, terbang dari ibu kota London, Inggris ke Riyadh pada Selasa, 30 Oktober 2018. Sejumlah analis menilai kepulangan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz berpotensi membawa sebuah perubahan pada otoritas de facto Putra Mahkota Arab Saudi, yang sekarang dipegang oleh Mohammed bin Salman.
Baca: Pembunuhan Jamal Khashoggi, Senat Minta Trump Sanksi Saudi
Middle East Eye, sebuah media bermarkas di London, melaporkan kepulangan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz ke Riyadh dikarenakan adanya guncangan pada kepemimpinan Kerajaan Arab Saudi. David Hearts, Pemimpin Redaktur Middle East Eye, menyebut kedatangan Pangeran Ahmad bin Abdulaziz karena adanya sejumlah ketidaknyamanan di Putra Mahkota.
“Mohammed bin Salman telah menjadi sebuah fokus ketidakpuasan keluarga kerajaan. Pangeran Ahmad bin Abdulaziz selalu mengungkapkan keberatannya pada Putra Mahkota. Dia adalah satu dari tiga anggota dewan aliansi yang tidak memberikan suaranya pada Mohammed bin Salman. Dia pun membuat sinyal ketidaksetujuannya,” kata Hearst.
Baca: Jamal Khashoggi Tewas, Rouhani: Saudi Bunuh karena Didukung ...
Pangeran Ahmad bin Abdulaziz adalah salah satu anggota paling senior Kerajaan Arab Saudi, yang selama ini tinggal di Inggris. Dia hanya mau pulang ke Riyadh setelah menerima jaminan keamanan dari pemerintah Inggris dan Amerika Serikat.
Sejumlah laporan menyebut, Pangeran Ahmad bin Abdulaziz takut pulang ke Riyadh setelah secara terbuka menantang Mohammed bin Salman pada beberapa kesempatan.
Pangeran Ahmad bin Abdulaziz pulang kampung sebulan setelah Khashoggi tewas dibunuh di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki. Sejak 2017, Khashoggi mengasingkan diri ke Virginia, Amerika Serikat dan rutin menulis kolom di surat kabar Washington Post. Sebanyak 18 orang terduga pelaku pembunuhan, telah ditahan oleh Riyadh terkait kasus pembunuhan ini.