2. Dari Separatis Menjadi Teroris
Kelompok Abu Sayyaf [Tony Blair Institute for Global Change]
Pada Agustus 1991, Abdurajak secara terbuka menggunakan nama Abdul Sayyaf sebagai nama kelompok setelah pemboman Kapal MV Doulus, sebuah kapal misionaris Kristen yang berlabuh di pelabuhan Kota Zamboanga.
Sebelumnya, pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, Abu Sayyaf dicap sebagai kelompok separatis kriminal oleh pemerintah Filipina karena ikut serta dalam beberapa kegiatan pemboman, pemerasan, dan penculikan untuk mendapat tebusan.
Baca: Ini Cara MILF Bantu Bebaskan Sandera WNI dari Abu Sayyaf
Selama periode 1998, Abu Sayyaf mengubah taktiknya dari kegiatan jihad menjadi terorisme yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar kelangsungan hidup kelompok. Ini dikarenakan pelarangan oleh pemerintah Filipina untuk bepergian menuju Afganistan, yang menjadi sumber pendanaan utama kelompok Abu Sayyaf karena bekerjasama dengan Al Qaeda. Time melaporkan, pada 1990 saudara ipar Osama bin Laden mengirim dana kepada kelompok Abu Sayyaf melalui lembaga amal Islam di Filipina.
Komandan Abu Sayyaf, Ghalib Gandang, yang menguasai kepulauan Sulu, mengadvokasi penggunaan strategi penculikan untuk tebusan, percaya bahwa taktik tidak hanya akan membantu permasalah dana kelompok, namun juga dapat membedakan dari organisasi Moro yang terlalu lunak. Untuk mengubah taktiknya menjadi kelompok teror, Abu Sayyaf dilatih oleh Umar Patek dan Dulmatin, seperti dikutip dari Combating Terrorism Center at West Point. Intelijen Filipina mengidentifikasi Umar Patek dan Dulmatin, otak pengeboman Bali pada 2002, pernah melatih kelompok Abu Sayyaf untuk merakit bom.