TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kasus pembebasan sandera warga negara Indonesia (WNI) dari tangan kelompok radikal Abu Sayyaf di Filipina melibatkan bantuan Moro Islamic Liberation Front (MILF). Murad Ebrahim, Ketua MILF, pada Kamis, 3 Mei 2018, mengkonfirmasi keterlibatan pihaknya dan melakukan sebuah strategi demi membebaskan para sandera Abu Sayyaf.
MILF adalah sebuah kelompok yang bercokol di Kepulauan Mindanau, Filipina selatan. Kelompok ini melakukan pemberontakan menuntut otonomi dari pemerintah pusat Filipina sebelum akhirnya pada 2014 membuat kesepakatan damai dengan pemerintah pusat Filipina.
“Presiden Filipina telah berbicara dengan Kementerian Luar Negeri Filipina tentang insiden penculikan warga negara asing ini. Kami pun berupaya membantu mencarikan jalan keluar atas insiden-insiden penculikan ini, dan upaya pembebasan ini akan terus berlanjut,” kata Ebrahim di Bogor, Jawa Barat.
Baca: Misteri 10 WNI Bebas Tanpa Uang, Filipina Ungkap Kecurigaan
Murad Ebrahim, Kepala Moro Islamic Liberation Front. Sumber: Istimewa
Dia menceritakan, saat turun membantu pembebasan sandera, pihaknya mencari tahu dalang pelaku penculikan. Segera setelah diketahui, MILF melakukan pendekatan dan pembicaraan sangat ketat dengan anggota keluarga penculik untuk ikut membantu menekan para penculik agar membebaskan para sandera.
“Saya tahu masih ada tiga WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf sejak 2017. Sejauh yang saya ketahui, mereka masih berkeras meminta uang tebusan. Sekarang kami sedang berupaya melakukan komunikasi dengan keluarga para penculik dan menekan mereka untuk membebaskan para sandera ini. Tidak ada keuntungan bagi masyarakat kami menculik orang-orang ini,” ujar Ebrahim.
Baca: Kesaksian Sandera Soal Aktivitas Kelompok Abu Sayyaf
Meski kasus-kasus penculikan terhadap warga negara asing telah menjadi teror bagi turis, Ebrahim meyakinkan wilayah daratan Mindanau, Filipina selatan, aman. Kehadiran MILF di wilayah itu sangat kuat. Hanya, dia mengakui pulau-pulau kecil di sekitar Kepulauan Mindanau, Filipina, masih terjadi sejumlah permasalahan. Sebab, kata dia, sulit mengontrol keamanan di pulau-pulau kecil itu.