TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, tidak puas dengan pencapaian dan kinerja kabinetnya sejak mereka ditunjuk untuk mengisi pemerintahan baru. Mahathir, 92 tahun, memenangkan pemilu Mei 2018 dan melantik para menterinya pada 2 Juli 2018.
"Saya tidak puas. Jika mungkin, saya ingin kalau bisa semua diselesaikan kemarin, bukan hari ini," kata Mahathir, yang juga menjadi Ketua koalisi Pakatan Harapan.
Ketidakpuasan itu disampaikan Mahathir dalam sebuah pidato setelah pertemuan Dewan Presidensial Pakatan Harapan di Menara Yayasan Selangor. Acara ini diantaranya dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia - Wan Azizah Wan Ismail dan Menteri termuda Malaysia - Syed Saddiq bin Abdul Rahman.
Baca: PM Mahathir Sebut Najib Razak Segera Dibawa ke Pengadilan
PM Malaysia Mahathir Mohamad. AP
Baca: Eksklusif -- Akademisi: Mahathir Kunci Menang Pemilu Malaysia
Dikutip dari situs channelnewsasia.com pada Sabtu, 8 September 2018, Mahathir menyoroti sejumlah departemen yang dinilainya lamban dalam mengambil keputusan sampai harus diserahkan ke departemen lain.
"Karena alasan yang cukup jelas, kami tidak mampu memenuhi 100 persen janji-janji kami. Kerusakan di pemerintahan Malaysia jauh lebih buruk hingga orang-orang menunda menerapkan keputusan-keputusan yang telah dibuat," kata Mahathir.
Mahathir menyebut, pihaknya menemukan sejumlah pejabat yang masih setia pada pemerintahan sebelumnya (Najib Razak). Untuk itu, dia menunjuk para menteri untuk segera mengatasi para stafnya itu.
"Walaupun saya menyetujui penunjukan mereka, namun mereka masih belum mendapatkan gaji. Kalau kabinet memutuskan untuk mengambil langkah nyata, baru gajinya dibayar," kata Mahathir.
Dalam pidatonya, Mahathir juga menolak tuduhan bahwa pemerintahannya gagal mengambil langkah nyata terhadap para pemimpin Malaysia sebelumnya yang terlibat dalam sejumlah tindak kejahatan. Dia menegaskan, pihaknya mengikuti aturan hukum sehingga pemerintah membutuhkan bukti-bukti kuat sebelum membawa para terduga ke pengadilan.