TEMPO.CO, Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, bakal mengunjungi Israel dan tiba di sana pada Ahad, 2 September 2018 untuk kunjungan selama empat hari.
Baca:
Ini Alasan Presiden Duterte ke Israel
Setelah itu, Duterte bakal mengunjungi Yordania atas undangan Raja Abdullah II.
Duterte bakal ditemani rombongan yang terdiri dari tentara dan polisi dan bertemu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Dia dikabarkan bakal membicarakan masalah pembelian senjata dan perlindungan tenaga kerja Filipina di Israel.
“Kunjungan ini bagi Presiden Duterte untuk mencari pasar alternatif untuk senjata bagi angkatan bersenjata kami dan juga untuk polisi,” kata Henelito Sevilla, seorang pakar hubungan internasional di Universitas Filipina seperti dilansir Times of Israel pada Jumat, 31 Agustus 2018.
Baca:
Takut Dibunuh CIA, Rodrigo Duterte Ingin Buang Smartphone
Duterte telah mengubah arah Filipina dari bekas penguasa kolonial Amerika Serikat ke arah hubungan diplomatik yang lebih hanya dengan Cina dan Rusia.
AS dan Kanada mengalami kegagalan rencana penjualan peralatan militer ke Filipina karena adanya kekhawatiran terkait Perang Narkoba yang menjadi program kerja Duterte, dan menelan korban ribuan jiwa warga masyarakat.
Namun, sejauh ini hubungan jual beli dengan Israel berjalan lancar. Menurut data dari Kementerian Israel, negara ini merupakan salah satu penjual senjata top dunia dengan 60 persen ekspor tiba di kawasan Asia Pasifik.
Filipina menjadi pelanggan baru penjualan senjata Israel pada 2017 dengan penjualan radar dan senjata anti-tank senilai US$21 juta atau sekitar US$21 juta atau sekitar Rp300 miliar.
Media Times of Israel melansir ada kemungkinan Filipina membeli lebih banyak peralatan canggih dan senjata bernilai hingga miliar dolar atau puluhan triliun dari Israel.
Baca:
Bikin Pernyataan Kontroversial, Duterte Sebut Tuhan itu Bodoh
Ini terkait dengan program pembaruan angkatan bersenjata negara itu. Apalagi, Duterte baru saja menyatakan tidak berminat membeli pesawat jet tempur AS dan kapal selam.
Terkait dengan tenaga kerja, Filipina memiliki sekitar 10 juta tenaga kerja di luar negeri yang mengirim uang ke keluarga mereka. Tenaga kerja ini menjadi salah satu ekspor penting negara itu. Filipina tentu berkepentingan membuat kesepakatan melindungi tenaga kerjanya di Israel.
Filipina juga memiliki hubungan khusus dengan Israel karena melindungi sekitar 1300 pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust. Namun, Duterte mendungang kecaman dunia internasional karena menyamakan dirinya dengan Hitler pada 2016.
Baca:
Pernyataan Duterte tentang Tuhan Picu Amarah Luas di Filipina
“Hitler membantai sekitar 3 juta Yahudi. Sekarang, ada sekitar 3 juta pecandu narkoba di Filipina. Saya akan dengan senang hati membantai mereka,” kata dia. Menurut Times of Israel, ada sekitar 6 juta Yahudi terbunuh pada Holocaust.
Belakangan Duterte meminta maaf soal Hitler ini dan mengatakan itu hanya pengandaian saja utuk menanggapi kritik di dalam negeri.
Soal pemindahan kantor kedutaan besar Filipina ke Yerusalem, Menteri Luar Negeri Filipina, Ernesto Abella, mengatakan itu tidak termasuk dalam topik bahasan.
Menurut media Philstar, Duterte bakal melakukan tur ke Yad Vashem pada awal pekan depan saat di Israel.
Sekelompok aktivis HAM di Israel meminta Presiden Israel, Reuven Rivlin, untuk tidak bertemu Duterte.
“Tidak ada tempat bagi pembunuh dan orang yang mendukung menembak perempuan di alat kelaminnya dan mengebom sekolah untuk bertemu dengan Presiden Israel,” begitu pernyataan sebuah kelompok HAM lewat surat kepada Rivlin soal Duterte.