TEMPO.CO, Moskow - Hubungan Rusia dan Amerika Serikat kembali menegang setelah Washington memutuskan memberikan sanksi baru terkait kasus serangan racun novichok kepada bekas agen ganda Sergei Skripal dan putrinya.
Baca:
Kena Sanksi Amerika, Rusia: Tinggalkan Dolar Gunakan Rubel
Ini Balasan Rusia Atas Sanksi Terbaru Amerika
Sanksi yang diumumkan pada pekan lalu ini, seperti dilansir Reuters, akan mulai berlaku pekan depan dan terdiri dari dua paket sanksi. Sanksi pertama penghentian penjualan komponen teknologi canggih. Dan sanksi kedua, yang akan diberikan tiga bulan kemudian, berupa inspeksi terhadap lokasi dan instalasi di Rusia oleh PBB atau lembaga internasional terkait lokasi produksi racun itu.
Media dari Rusia yaitu Russia Today melansir adanya desakan sejumlah anggota parlemen agar pemerintah Rusia membalas sanksi AS itu. Sebagai respon, pemerintah Rusia sudah mulai menjual kepemilikan surat utang AS sejak konflik memanas.
Seorang wanita menunjukkan uang kertas pecahan 100 rubel dengan desain baru dalam konferensi pers di Moskow, Rusia, 22 Mei 2018. Rusia meluncurkan uang baru dengan desain bertema Piala Dunia 2018. REUTERS/Sergei Karpukhin
Berikut ini 5 hal yang bisa dilakukan pemerintah Rusia sebagai retaliasi atas sanksi dari AS itu:
1. Titanium
Rusia bisa melarang atau membatasi sebagian ekspor lempeng titanium ke AS. Perusahaan titanium VSMPO-Avisma memproduksi sekitar sepertiga kebutuhan titanium dunia misalnya untuk pembuatan komponen industri pesawat terbang. 70 persen produknya dijual ke pasar luar negeri. Avisma menyuplai 40 persen komponen titanium untuk Boeing dan 60 persen untuk Airbus, dan seratus persen untuk perusahaan Brazil Embraer.
2. Jalur penerbangan
Pemerintah Rusia bisa mengenakan tarif transit pesawat terbang lebih tinggi untuk pesawat kargo dan penumpang AS hingga melarangnya transit secara penuh. Ini karena posisi Rusia yang strategis terletak diantara Eropa dan Asia.
3. LNG
Rusia bisa melarang ekspor produk gas alam cair atau liquefied natural gas ke AS. Nilai ekspor minyak dan petrokimia ke AS sekitar US$8 miliar atau sekitar Rp117 triliun. Ini setara sekitar 4,6 persen dari totla ekspor energi Rusia. Pelarangan ekspor LNG ini tidak bakal merugikan produsen Rusia karena bisa mengalihkan ekspornya ke negara lain.
Bagi AS, pelarangan ekspor LNG ini bisa menjadi masalah karena produksi domestik yang belum mencukupi. AS dikabarkan menjual sebagian LNG ini ke Eropa.
Baca:
Amerika Serikat Tahan Perempuan yang Diduga Agen Rusia
Amerika Beri Sanksi Baru, Rusia Janji Bakal Balas
4. Perusahaan AS di Rusia
Sejumlah perusahaan AS di Rusia masih terus beroperasi meskipun hubungan diplomatik kedua negara memburuk. Sebagai retaliasi, Rusia bisa mempersulit kegiatan bisnis perusahaan AS seperti PepsiCo, ProcterGamble, McDonald’s, Boeing, Mondelez International, General Motors, Johnson & Johnson, Cargill, Alcoa, dan General Electric.
Aktivitas penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, 8 Mei 2018. Nilai tukar rupiah berakhir melemah 51 poin atau 0,36% di Rp14.052 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (8/5/2018). TEMPO/Tony Hartawan
Pada 2014, lembaga pengawas konsumen Rusia menutup 4 gerai McDonald’s di Moskow Pusat karena pelanggaran administratif. Lembaga ini lalu menggelar penyelidikan atas 430 gerai resto cepat saji itu di Rusia.
Pada saat yang sama, hanya ada sedikit perusahaan Rusia di AS sehingga retaliasi sejenis akan sulit dilakukan.
5. Roket
Rusia bisa menghentikan suplai mesin roket RD-180 sebagai retaliasi atas sanksi AS. Mesin roket ini sangat krusial dalam pelaksanaan program luar angkasa dari NASA dan Pentagon seperti peluncuran satelit.
Mesin roket ini digunakan untuk roket Atlas V. AS juga membeli mesin roket RD-181s milik Rusia, yang digunakan untuk meluncurkan roket Antares, yang membawa kargo Cygnus ke Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS. Belakangan AS telah memiliki perusahaan SpaceX, yang bisa meluncurkan kargo dan penumpang ke ISS.