TEMPO.CO, Jakarta - Dua insinyur muda muncul dengan ide kreatif soal pemanfaatan sampah plastik dengan Print 3D di tengah ekonomi yang ambruk di Venezuela.
Kedua anak muda Venezuela itu, Albermar Dominguez dan John Naizzir tak malu untuk mengais di dalam tempat pembuangan sampah yang penuh dengan perangkat elektronik yang rusak.
Baca: Penyelam Inggris Rekam Tumpukan Sampah Plastik di Laut Bali
Dominguez dan Naizzir mencairkan sampah plastik, sebelum memasukannya ke wadah Print 3D untuk membuat bagian-bagian rumit dari kendaraan roda empat.
Ide keduanya terbilang brilian mengingat ekonomi Venezuela yang tengah terpuruk sehingga membatasi impor bahan baku.
Dominguez dan Naizzir memproduksi satu kilogram filamen cetak plastik setiap hari dengan tujuan untuk membantu sektor manufaktur Venezuela dengan membuatnya lebih murah bagi perusahaan yang bergantung pada impor mahal.
"Orang-orang tidak percaya bahwa teknologi sedang dikembangkan di negara ini," kata Dominguez, 26, seperti dilansir Reuters pada 19 Juli 2018.
Baca: Indonesia Produsen Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia
Dominguez, alumnus Universitas Simon Bolivar di Caracas mengatakan inovasinya dibuat sepulang dari kunjungan sesaatnya ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Di Negeri Uncle Sam dia belajar dari orang-orang di industri percetakan 3D.
Dia kemudian kembali ke Venezuela, dan bersama Naizzir yang berusia 27 tahun, mulai mengaduk-aduk pembuangan sampah universitas mereka, mengumpulkan casing komputer dan printer lama.
Kini perusahaan mereka berdua, Nedraki, mencapai kesepakatan dengan pabrik daur ulang di Valencia, Venezuela, untuk mendapatkan lebih banyak bahan baku.
Ketika kebanyakan warga negara itu melakukan protes jalanan terhadap kebijakan Presiden Nicolas Maduro di awal 2017, kedua pria itu memproduksi meteran plastik pertamanya.
Baca: Supermarket Australia Menghentikan Penggunaan Kantong Plastik
Nedraki sekarang memasok 13 perusahaan Venezuela dengan filamen dan memproduksi komponen plastik seperti roda gigi transmisi untuk perusahaan lain. Filamen digulung pada gulungan dan dimasukkan ke printer 3D di sudut kampus universitas.
Dominguez mengatakan filamennya membantu menurunkan biaya untuk sebuah perusahaan hingga 40 persen, dengan menghapus biaya impor dan transportasinya. Nedraki menjual satu kilogram filamen seharga sekitar US $ 17 Rp 246,7 ribu.
Keduanya insinyur yang memanfaatkan sampah plastik ini kini mendorong perusahaan-perusahaan Venezuela lainnya untuk mengadopsi teknologi Print 3D.