TEMPO.CO, Jakarta - Delapan imigran pencari suaka tewas akibat mengalami sesak nafas saat berada di dalam truk kontainer untuk mengangkut daging dan ikan di Zuwarah, kota pesisir barat Libya. Mereka yang tewas kekurangan oksigen di dalam kendaraan yang memiliki alat pendingin di dalamnya.
"Enam anak, satu wanita dan seorang pria ditemukan tewas adalah bagian dari 100 pencari suaka yang menderita kekurangan oksigen di dalam kendaraan, yang biasanya digunakan untuk mengirim daging dan ikan," kata Angkatan Laut Libya di halaman Facebook-nya seperti dikutip oleh media berbasis di Afrika Selatan, Independent Online, Senin, 16 Juli 2018.
Baca: Kapal Tenggelam, 100 Imigran di Libya Dikhawatirkan Tewas
Selain 8 imigran yang tewas, sebanyak 90 imigran lainnya kini dalam kondisi kritis dan sudah dilarikan ke rumah sakit setempat. Seluruh imigran itu berada di dalam truk kontainer yang biasa dipakai untuk mengangkut ikan dan daging mentah.
Dilansir dari Libya Observer, otoritas keamanan Libya menemukan para korban setelah mendapat informasi tentang sebuah truk kontainer yang mencurigakan terparkir di sebuah kompleks minyak dan gas di Zuwarah. Patroli polisi menyita truk itu.
Imigran tersebut diketahui berasal dari berbagai tempat. Mulai dari sub-Sahara Afrika dan negara-negara Arab seperti Pakistan dan Bangladesh.
Dilansir dari Aljazeera, dalam suatu gambar yang tersebar terlihat ada sembilan jerigen plastik untuk menyimpan bensin serta setumpuk jaket pelampung yang sepertinya akan digunakan dalam perahu penyeberangan.
Baca: Libya Bentuk Tim Investigasi Perdagangan Budak Imigran Afrika
Tragedi ini menjadi tragedi imigran terbaru di Libya. Sebelumnya perdagangan manusia dan pelanggaran hukum berkembang di wilayah ini terutama sejak tergulingnya pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011.
Libya juga terus menjadi titik tolak utama bagi para pencari suaka yang berusaha menyeberangi Laut Tengah untuk sampai ke Eropa.
Para penyelundup imigran mengambil keuntungan dari penegakan hukum yang lemah di Libya untuk mengirim ratusan dari ribuan imigran ke Italia dalam empat tahun terakhir. Namun frekwensi penyelundupan imigran berkurang setelah Italia mengeluarkan kebijakan menumpas jaringan penyelundupan imigran.
Bulan lalu, Komisi PBB untuk urusan imigran atau UNHCR melalui juru bicaranya, Charlie Yaxley mencatat selama lima tahun berturut ada sekitar 1.000 imigran yang tewas saat berusaha melewati Laut Tengah.
Baca: Tragis, Lelang Imigran Afrika di Libya untuk Dijadikan Budak
Menurut laporan Human Rights Watch pada 2018, kapal-kapal penuh pencari suaka yang mencoba menyeberangi Laut Tengah telah dibawa kembali ke Libya setelah dicegat oleh penjaga pantai Libya, yang dilatih oleh Uni Eropa dan Italia. Setelah mereka kembali, banyak yang dipukuli dan mengalami pelecehan seksual, penculikan, pemerasan, bahkan melakukan kerja paksa.
Lebih dari 400.000 imigran di Libya terkena pelecehan dan pelanggaran hak asasi manusia "karena kelompok-kelompok bersenjata yang mencari rente berkembang biak dan terlibat dalam penyelundupan, perdagangan dan eksploitasi kelompok ini," sebut International Organisation for Migration mencatat dalam sebuah laporan.
ALJAZEERA | LIBYA OBSERVER | INDEPENDENT ONLINE