TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengisi acara bincang-bincang bersama Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika. Acara "TalkWith#MenluRetno Beyond The Bandung Spirit" memperingati Konferensi Asia Afrika yang digelar 63 tahun lalu di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, 14 Juli 2018. Dalam kesempatan ini Retno Marsudi mengajak bangsa Indonesia dan generasi muda umumnya untuk mencintai museum. Menurut Retno, Museum Asia Afrika masih relevan dengan dinamika global saat ini.
"Ya untuk mencintai museum. Museum Konferensi Asia Afrika ini kan menuliskan sejarah Indonesia dan apa yang dilakukan Indonesia pada tahun 1955 dan hasilnya kemudian ternyata masih relevan hingga saat ini dan di situlah kita merasa ada kebanggaan sebagai anak bangsa ternyata pada tahun 1955 Indonesia menjadi motor suatu gerakan dunia pada saat itu," tutur Retno Marsudi kepada Tempo.
Baca: Retno Marsudi Meresmikan Jembatan Diplomasi Kabupaten Garut
Retno Marsudi mengatakan catatan sejarah bangsa Indonesia, terutama peran Indonesia melalui Konferensi Asia Afrika pada 1955 silam, juga menjadi salah satu nilai tambah pertimbangan Indonesia terpilih menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode tahun 2019. Indonesia terpilih oleh suara 144 negara dari 190 negara PBB.
Presiden Sukarno tiba di Jalan Asia-Afrika, jelang pelaksanaan KAA di Bandung, 18 April1955. Dalam peringatan 60 tahun KAA, jalur Historical Walk ini akan dilalui sejumlah kepala negara. Foto: Museum KAA/Bambang R. Sasmita/AACC2015.id
Retno Marsudi menyampaikan antusiasme anak-anak dalam acara ini. Menurutnya museum bisa menyampaikan energi positif untuk masyarakat terutama anak-anak untuk menghargai bangsanya.
"Yang penting adalah sebagai anak bangsa mengenai energi positif karena kita sebagai bangsa sangat memerlukan energi positif terutama pada anak anak mudanya," ujar Retno Marsudi.
Baca: Menlu Retno Tanggapi TKI di Bahrain yang Diduga Disekap
Pada Senin, 18 April hingga 24 April 1955, Konferensi Asia Afrika digelar di Kota Bandung dihadiri oleh 29 negara Asia Afrika. Konferesi ini menghasilkan 10 pokok yang dikenal sebagai "Dasasila Bandung". Konferensi Asia Afrika di Bandung telah menyegarkan semangat dan menghidupkan kembali moral para pahlawan Asia Afrika dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka, sehingga banyak negara berdaulat dan merdeka bergabung di benua Asia dan Afrika.
Semangat Bandung dan Dasasila-nya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung melahirkan dunia ketiga atau Negara Non-Blok. Konferensi Asia Afrika juga telah mengubah struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa. Forum PBB tidak lagi hanya sebagai forum untuk Barat atau untuk Timur secara eksklusif.