TEMPO.CO, Jakarta - Surat kabar Al-Ahram yang dikelola pemerintah Mesir melaporkan bahwa Presiden Abdel-Fattah el-Sissi telah meratifikasi amandemen undang-undang yang menaikkan harga baru tarif telepon seluler dan biaya bulanan.
Keputusan yang diterbitkan pada Kamis 28 Juni, yang dilaporkan Al-Ahram, seperti dilansir dari Associated Press, 29 Juni 2018, menetapkan harga baru US$ 2,79 atau Rp 39.933 untuk tarif telepon seluler dan US$ 0,56 atau Rp. 8.016 untuk tagihan telepon bulanan.
Baca: Mesir Kenakan Pajak untuk Pengungsi Suriah
Amandemen juga menaikkan harga penerbitan atau memperbarui paspor, SIM mobil dan pengajuan izin tinggal bagi warga asing.
Padahal sebelumnya Pusat Dukungan Informasi dan Keputusan Kabinet Mesir (IDSC) telah membantah laporan berita dan media sosial tentang peningkatan 50 persen harga kartu pengisian ulang ponsel setelah kenaikan harga bahan bakar dan listrik baru-baru ini.
IDSC, mengutip ahram.org, mengatakan telah berkomunikasi dengan National Telecommunications Regulatory Authority (NTRA), yang menegaskan bahwa harga kartu pengisian ulang ponsel untuk semua operator akan tetap tidak berubah. Pada 2017, NTRA meratifikasi keputusan oleh perusahaan seluler untuk mengurangi nilai tarif pengisian ulang ponsel sebesar 36 persen.
Baca: Uni Eropa Siap Kucurkan Dana ke Mesir Rp 180 Triliun
Kenaikan terbaru yang dikabarkan menimbulkan kritik keras di media sosial, memicu seruan untuk memboikot operator seluler agar mempertimbangkan kembali perubahan tarif. Saat ini terdapat empat operator seluler di Mesir, yakni Orange, Vodafone, Etisalat, dan WE. Sementara pengguna ponsel Mesir melebihi 100 juta orang pada September 2017.
Mesir telah memperkenalkan gelombang kenaikan harga, termasuk untuk bahan bakar, air minum dan listrik sebagai bagian dari langkah-langkah penghematan yang dirancang untuk merombak ekonomi, yang terdampak pemberontakan 2011.
Reformasi ekonomi dimulai segera setelah el-Sissi berkuasa pada 2014, yang semakin membebani warga miskin dan kelas menengah Mesir. Namun El-Sissi mendesak warga Mesir untuk bersabar ketika reformasi mulai berlaku.