TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat koalisi Arab yang memerangi milisi Houthi di pelabuhan Hodeidah, Yaman, Selasa kemarin menampilkan senjata yang diperoleh dari medan perang yang disebut-sebut pihak koalisi Arab sebagai senjata dari Iran.
Iran telah lama membantah mempersenjatai milisi Houthi, meskipun laporan PBB dan negara-negara Barat menyebut Iran memasok senjata ke milisi Houthi.
Baca: Koalisi Arab Kuasai Bandara Hodeidah dari Milisi Houthi
Senjata yang dipamerkan di Abu Dhabi, UEA, berupa drone, senapan sniper, bom jalan yang disamarkan menjadi batu dan perahu drone,yang telah diisi dengan bahan peledak.
Para pejabat menunjukkan komponen yang berlabel Iran di dalam peralatan yang mereka sebut digunakan untuk memproduksi dan memuat bahan bakar untuk roket yang ditembakkan oleh milisi Houthi di seberang perbatasan Arab Saudi. Mereka juga memamerkan gambar yang menunjukkan para pejabat militer Iran tengah membangun komponen untuk "perahu drone".
"Tidak mengherankan, ada komponen militer maju di tangan milisi Houthi," Talal al-Teneiji, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Emirat, seperti dilaporkan Associated Press, 20 Juni 2018.
Perahu yang disebut pejabat koalisi Arab sebagai perahu drone yang berisi bahan peledak oleh pemberontak Houthi di Yaman, dipajang di instalasi militer di Uni Emirat Arab Selasa, 19 Juni 2018.[Foto AP/Jon Gambrell]
Baca: Ultimatum UEA: Houthi Harus Mundur dari Hodeidah Tanpa Syarat
“Kami mengambil waktu untuk memeriksa dan membongkar ini untuk mencari tahu sumbernya ... dan kami dapat mengatakan bahwa elemen-elemen ini adalah material kelas militer yang diimpor dari Iran ke milisi Houthi.”
Delegasi Iran untuk PBB mengatakan tidak ada tanggapan atas tuduhan koalisi pimpinan Arab Saudi, selain menegaskan kembali bahwa Iran belum mengirim dan tidak mengirim senjata ke Yaman.
Pameran dan pengungkapan yang disponsori oleh koalisi Arab ini dilakukan setelah pasukan Yaman merebut kota pelabuhan Laut Merah, Hodeidah. Beberapa senjata yang dipamerkan, telah dijelaskan oleh para ahli senjata PBB dan kelompok independen, Conflict Armament Research. Di antara yang diteliti adalah bom pinggir jalan yang disamarkan seperti batu, yang kelompok riset itu sebut memiliki kemiripan seperti yang digunakan oleh Hizbullah di Lebanon Selatan dan oleh pejuang lain yang didukung Iran di Irak dan Bahrain.
Bahan peledak milik yang disamarkan menjadi batu milik milisi Houthi dan diperoleh dari medan perang di Yaman, dalam pameran di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Selasa, 19 Juni 2018.[Foto AP/Jon Gambrell]
Saat ini, koalisi pimpinan Saudi telah melucuti 20.000 hingga 30.000 ranjau darat dan bom, yang dipasang oleh milisi Houthi. Senjata lain yang dipamerkan termasuk senapan sniper kaliber .50 dan ranjau. Pejabat koalisi Arab juga menampilkan serangkaian drone yang mereka katakan menunjukkan kecanggihan yang meningkat oleh para pemberontak, dimulai model pertama dengan busa plastik yang mudah dibuat dan mirip dengan drone buatan Iran. Drone itu masuk pantauan radar rudal Patriot Arab Saudi dan berhasil mencegat drone.
Baca: Koalisi Arab Serbu Bandara Hodeidah, 26 Ribu Warga Melarikan Diri
Serangan selama seminggu di Hodeidah semakin intensif pada Selasa 19 Juni kemarin, dan pasukan koalisi Arab menyerbu dan menguasai sebagian besar kompleks bandara kota. Pertempuran baru juga di jalan pantai utama menuju ke pusat kota.
“Kami bisa mendengar suara artileri, mortir, dan tembakan senapan mesin sporadis. Milisi Houthi telah menggunakan tank, ”kata seorang warga sipil di jalur pantai, seperti dikutip Arabnews.
Pada Sabtu 16 Juni, pasukan koalisi Arab menyerbu kompleks utama dan mengambil komando penuh bandara. Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, mengatakan, "Kami sedang menunggu Houthi untuk menyadari semacam pukulan militer dan psikologis yang mereka dapatkan setelah serbuan ke bandara Hodeidah...kami memberi mereka waktu untuk memutuskan apakah mereka ingin menyelamatkan kota dan mundur."