TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Minggu 10 Juni 2018, menunjukkan pertentangan yang signifikan antara Yahudi Israel dan Yahudi Amerika, terutama terkait kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap komunitas Yahudi.
Dilaporkan dari Times of Israel, 11 Juni 2018, jajak pendapat yang dilakukan Komite Yahudi Amerika (AJC) menunjukkan 77 persen Yahudi Israel setuju atas tindakan Donald Trump menangani hubungan Amerika Serikat-Israel, sementara hanya 34 persen Yahudi Amerika yang setuju. Sebanyak 57 persen Yahudi Amerika tidak setuju dengan cara Donald Trump, sementara hanya 10 persen Yahudi Israel yang menentang.
Baca: Amerika Serikat Tahan 14 Aktivis Anti-Israel, Mereka Hujat Senat
Terkait dengan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel dan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem, sebanyak 85 persen Yahudi Israel setuju dibandingkan hanya 46 persen Yahudi Amerika yang setuju. 47 persen Yahudi Amerika Serikat menentang putusan ini, sementara hanya 7 persen Yahudi Israel yang menentang.
Sementara perihal apakah mendukung pembentukan negara Palestina berdampingan dengan Israel, jajak pendapat menunjukkan 59 persen Yahudi Amerika Serikat mendukung sementara hanya 44 persen warga Yahudi Israel yang mendukung.
Yahudi Amerika Serikat berunjuk rasa di depan gedung Senator Schumer, 26 April 2018. [Alex Kane/Twitter]
Baca: Warga Israel Gunakan Drone untuk Awasi Warga Palestina
Terkait permukiman Israel di tepi barat, hanya 15 persen warga Yahudi Amerika Serikat dan 4 persen warga Yahudi Israel yang setuju untuk menghapus semua permukiman untuk syarat perdamaian, sementara 44 persen Yahudi Amerika dan 35 persen Yahudi Israel setuju beberapa permukiman dihapus. Namun hanya 35 persen Yahudi Amerika yang memilih tidak perlu ada penghapusan permukiman demi perdamaian, sementara 54 persen Yahudi Israel juga tidak setuju penghapusan permukiman.
"Survei ini mengungkapkan perbedaan pendapat yang tajam antara dua komunitas Yahudi terbesar di dunia terkait Presiden Donald Trump, hubungan Amerika Serikat-Israel, dan kebijakan keamanan serta proses perdamaian Israel," kata AJC.
"Kesenjangan antara Yahudi Amerika dan Israel mengenai pendekatan Presiden Trump terhadap Israel sangat mendalam," tambah AJC.
Survei ini mengambil sampel pendapat di antara orang Yahudi yang tinggal di Israel dan Amerika Serikat, yang sebagian besar menyajikan pertanyaan-pertanyaan identik untuk setiap komunitas. Pemungutan suara dilakukan sebelum kedutaan Amerika Serikat direlokasi pada 14 Mei. Jajak pendapat Israel dilakukan oleh Geocartography melalui telepon. Pemungutan suara Amerika Serikat dilakukan oleh SSRS melalui telepon. Jajak pendapat mensurvei 1.000 orang Israel dan 1,001 orang Amerika di atas usia 18 tahun dan memiliki margin eror 3,1 dan 3,9 persen.
Baca: Mohammed bin Salman Jumpa Yahudi, Pendukung Pendudukan Palestina
CEO AJC, David Harris, mencatat bahwa faktor utama untuk memprediksi bagaimana orang Yahudi Amerika Serikat dan Israel menanggapi jajak pendapat adalah bagaimana mereka mengidentifikasi agama mereka.
“Semakin jeli mereka pada spektrum denominasi, identitas dan keterikatan Yahudi mereka dengan Israel lebih kuat, skeptisisme tentang prospek perdamaian dengan Palestina yang lebih tinggi, dan dukungan untuk pluralisme agama di Israel lebih lemah,” kata Harris, seperti dilansir dari Jerusalem Post.
Dia juga mencatat bahwa Yahudi Amerika yang mengidentifikasi dengan Partai Demokrat dan memilih Hillary Clinton, kurang melekat pada Israel, lebih lemah mengidentifikasi diri sebagai orang-orang Yahudi, dan lebih condong untuk pluralisme agama, daripada minoritas Yahudi Amerika Serikat yang bercorak Republik dan memilih Donald Trump.