TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli senjata memperkirakan bahwa pembongkaran program nuklir atau denuklirisasi Korea Utara bisa memakan waktu sepuluh tahun lebih dengan estimasi biaya US$ 20 miliar atau Rp 277 triliun, jika kesepakatan nuklir tercapai antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ketika mereka bertemu di Singapura pada 12 Juni.
“Kerja keras belum dimulai, dan itu adalah gong untuk membuat dampak berkelanjutan bagi Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Cina dan Korea Utara. Ini akan menjadi proses panjang bertahun-tahun,” kata Daryl Kimball, direktur eksekutif dari Asosiasi Pengendalian Senjata di Washington, seperti dilaporkan VOAnews, 7 Juni 2018.
Baca: Siapa yang Bayar Biaya Korea Utara untuk KTT Kim Jong Un - Trump?
Presiden Trump mengatakan dia mengharapkan hasil yang sangat positif dari KTT dengan Korea Utara, tetapi dia juga mengatakan kemungkinan akan menjadi awal dari sebuah proses untuk menyelesaikan perbedaan atas syarat denuklirisasi Korea Utara, dan secara spesifik mengenai sanksi, bantuan ekonomi dan jaminan keamanan yang akan ditawarkan sebagai imbalan.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan bahwa Korea Utara hanya akan menerima keringanan sanksi setelah itu baru mengambil langkah-langkah yang dapat diverifikasi untuk denuklirisasi.
Korea Utara diperkirakan memiliki 20 hingga 80 hulu ledak nuklir, situs penelitian dan pengembangan nuklir yang diketahui dan rahasia, ribuan rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kendaraan, dan peluncur berbasis kapal selam yang telah diuji dalam beberapa tahun terakhir.
Baca: Menlu Singapura Sebut Negaranya Siap Sambut Trump dan Kim Jong Un
Terlepas dari soal sentuhan photoshop, peluncuran rudal balistik Hwasong-15 telah menghebohkan dunia, karena rudal itu mampu menempuh jarak 13.000 km, atau mencapai Amerika Serikat. Hwasong-15 menunjukan kemajuan teknologi rudal balistik yang telah dicapai Korea Utara. REUTERS/KCNA
Dengan persenjataan nuklir itu, biayanya bisa mencapai US$ 20 miliar atau Rp 277 triliun untuk pembongkaran nuklir yang lengkap, permanen, diperbaiki, dan dapat diverifikasi (CVID), menurut penelitian yang dilakukan oleh Kwon Hyuk-chul, seorang profesor strategi keamanan Universitas Kookmin.
Kwon mendasarkan penilaiannya sebagian pada kesepakatan nuklir di masa lalu dengan Korea Utara dan pengalaman Ukraina dalam membongkar persenjataan nuklirnya setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1990-an.
Baca: Peraih Nobel Perdamaian Bersedia Danai KTT Korea Utara - AS
“Dalam proses pembongkaran nuklir Ukraina, semua hulu ledak nuklir strategis yang dimiliki Ukraina dipindahkan ke Rusia dan dibongkar di sana. Dengan demikian, Amerika Serikat menyediakan penampung untuk skala besar dan dukungan teknis untuk membantu pembongkaran yang aman,” kata Kwon.
Universitas Kookmin memperkirakan proses ini akan menelan biaya US$ 5 miliar atau Rp 69 triliun untuk membongkar gudang senjata nuklir dan fasilitas pendukung Korea Utara. Dan US$ 5 miliar atau Rp 69 triliun lain diperlukan untuk memenuhi janji Amerika Serikat, yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian nuklir 1994 dengan Korea Utara, untuk membangun dua reaktor air ringan untuk menghasilkan tenaga listrik.
Kendaraan militer Korea Utara membawa rudal balistik saat berpartisipasi dalam parade militer di Pyongyang, Korea Utara, 8 Februari 2018. Korea Utara mengadakan parade militer dengan menampilkan rudal balistik antar benua satu hari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. (KRT via AP Video)
Bantuan ekonomi sebesar US$ 10 miliar atau Rp 138 triliun lainnya diperlukan, baik sebagai insentif untuk meyakinkan Kim Jong Un agar menghentikan penangkal nuklirnya dan membantu transisi lebih dari 3.000 hingga 10.000 pekerja nuklir ke profesi lain.
Laporan dari Universitas Stanford memperkirakan akan memakan waktu lebih dari 10 tahun untuk secara permanen membongkar program nuklir Utara.
Ilmuwan nuklir Stanford, Siegfried Hecker, yang pernah mengunjungi Korea Utara untuk menilai program plutonium negara itu, Robert Carlin, mantan analis CIA untuk Korea, dan peneliti Elliot Serbin, melakukan studi mendetail tentang program nuklir Korea Utara.
Baca: Siapa yang Bayar Biaya Korea Utara untuk KTT Kim Jong Un - Trump?
Para peneliti mendaftarkan kategori spesifik yang harus diverifikasi oleh pengawas luar termasuk; bahan fisil nuklir plutonium, tritium untuk fusi Bom hidrogen, uranium yang diperkaya, reaktor nuklir, fasilitas sentrifugal, rudal jarak jauh, sedang, dan pendek, mesin uji, dan roket peluncur ruang angkasa.
Ketiganya mengusulkan proses denuklirisasi menjadi tiga fase yang akan menghentikan atau membatasi aktivitas lebih lanjut di tahun pertama, pelucutan selama lima tahun, dan secara permanen menghilangkan kemampuan nuklir Korea Utara dalam 10 tahun.