TEMPO.CO, Jakarta - Peraih Nobel Perdamaian, kelompok kampanye antinuklir ICAN, bersedia menanggung biaya KTT antara pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Singapura 12 Juni mendatang. Biaya yang ditanggung termasuk tagihan hotel kepala negara.
Tawaran ini muncul setelah Korea Utara dikabarkan tidak bisa menanggung biaya menginap delegasi Korea Utara dan keamanan serta staf untuk pertemuan 12 Juni.
Baca: Korea Utara Geser Tiga Pejabat Tinggi Militer, Ada Apa?
Organisasi Kampanye Internasional untuk Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN), yang mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun lalu, menyatakan bersedia menanggung akomodasi agar KTT berlangsung sukses.
"Penghargaan Nobel Perdamaian termasuk hadiah uang tunai dan kami ingin menawarkan hadiah ini untuk menutup biaya KTT, sebagai itikad mendukung perdamaian di Semenanjung Korea dan dunia yang bebas senjata nuklir," ujar Akira Kawasaki, Pejabat ICAN, seperti dilansir Reuters, 4 Juni 2018.
Baca: Presiden Suriah Bakal Temui Kim Jong-un di Korea Utara
"Ini adalah pertemuan bersejarah dan sekali dalam generasi kita untuk menciptakan dunia yang bebas ancaman senjata nuklir."
Tujuan ini dilatarbelakangi keberhasilan ICAN yang membujuk 122 negara untuk menyepakati pakta Larangan Penggunaan Senjata Nuklir PBB, namun Korea Utara tidak ikut dalam kesepakatan ini.
Hadiah Nobel sendiri berbeda dari tahun ke tahun. Pada 2017 hadiah tunai Nobel Perdamaian sebesar US$ 1,02 atau Rp 14 miliar.
Baca: Menhan AS Siap Longgarkan Sanksi Korea Utara jika Denuklirisasi
Pemandangan Hotel Fullerton di Singapura, 24 Mei 2018.[REUTERS/Edgar Su]
Sementara Kim Chang Son, Kepala Staf Pemerintahan Korea Utara, terlihat mengunjungi hotel bintang lima Fullerton di Singapura dalam kunjungannya pekan lalu, untuk menyiapkan KTT. Dilansir dari Washington Post, Hotel Fullerton dengan presidential suite-nya mencapai US$ 6.000 atau Rp 83 juta per malam.
Baca: Korea Utara - Korea Selatan Sepakati Reuni Keluarga
Kunjungan Kim Jong Un ke Singapura akan menjadi perjalanan terjauhnya dan juga akan menjadi tantangan untuk logistik Korea Utara seperti pesawat terbang era Uni Soviet dan mobil limosinnya serta puluhan petugas keamanan dan staf. Mahalnya biaya akomodasi di Singapura akan menjadi beban bagi Korea Utara selama KTT.