TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, kecewa pada Uni Eropa yang dianggap tidak melakukan cukup tindakan untuk membantu Iran dalam kesepakatan internasional nuklir Iran. Kesepakatan yang ditanda-tangani pada 2015 itu, runyam setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu.
"Dengan keluarnya Amerika Serikat dari kesepakatan, dukungan politik dari Uni Eropa untuk kesepakatan ini tidak cukup," kata Zarif saat melakukan pertemuan dengan Kepala bidang Energi Uni Eropa, Miguel Arias Canete, Minggu, 20 Mei 2018.
Teheran saat ini menginginkan ke-28 negara anggota Uni Eropa mengambil langkah cepat untuk mengamankan perdagangan minyaknya dengan Iran dan mempertimbangkan membuat pembayaran langsung bagi minyak Iran ke Bank Sentral Iran, tanpa harus melewati sistem keuangan Amerika Serikat.
"Kita harus mengamankan kesepakatan ini sehingga kita tidak harus melakukan negosiasi untuk sebuah kesepakatan baru. Pesan kami cukup jelas, ini sebuah kesepakatan nuklir yang benar-benar berfungsi," kata Arias Canete, yang mendukung keinginan Teheran.
Baca: Iran: Pembatalan Kesepakatan Nuklir Amerika Serikat Tak Diterima
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. REUTERS/ Saad Shalash
Baca: Iran Sakiti Amerika Serikat, Jika Kesepakatan Nuklir Batal
Sebelumnya, para pemimpin Uni Eropa telah berjanji untuk menjaga perdagangan minyak mentahnya dengan Iran dan menanamkan investasinya ke negara itu. Akan tetapi, mengakui kesepakatan internasional nuklir Iran akan menjadi hal yang tidak mudah.
Di bawah kesepakatan internasional nuklir Iran, Teheran setuju untuk mengontrol program nuklirnya sebagai imbalan dicabutnya sanksi-sanksi ekonomi negara-negara barat kepada Iran. Akan tetapi, dengan munculnya ancaman sanksi-sanksi baru dari Amerika Serikat, beberapa perusahaan asing telah memberikan sinyalemen untuk angkat kaki dari Iran.