TEMPO.CO, Yangon - Jurnalis Reuters, Wa Lone, menanggapi putusan hakim di pengadilan di ibu kota Yangon yang menolak membebaskan dia dan rekannya Kyaw Soe Oo terkait kasus menyimpan dokumen rahasia pemerintah Myanmar.
“Saya percaya pada demokrasi. Saya juga percaya suatu hari kami akan dibebaskan karena kebebasan berekspresi,” kata Wa Lone kepada media seusai putusan hakim Ye Lwin, seperti dilansir Reuters, 11 April 2018.
Baca: Bunuh 10 Rohingya, Myanmar Hukum 7 Tentara 10 Tahun Penjara
Wa Lone tepat berusia 32 tahun saat persidangan kemarin. Anggota keluarga dan rekan-rekannya menangis mendengar putusan hakim itu. Seusai sidang, mereka terlihat membawakan Wa Lone kue ulang tahun.
Polisi Myanmar menahan dua jurnalis Reuters, Wa Lone, 32 tahun, (mengacungkan dua jempol) dan Kyaw Soe Oo, 28 tahun, karena meliput peristiwa pembantaian warga etnis Rohingya oleh militer Myanmar. Reuters
Soal kasus ini, hakim Ye Lwin mengatakan,“Pengadilan memutuskan menolak proposal dari pengacara untuk membebaskan terdakwa sebelum semua saksi menjalani pemeriksaan silang.”
Baca: PBB: Myanmar Belum Siap Terima Kembali Rohingya
Kedua jurnalis ini sedang menginvestigasi pembunuhan massal 10 orang warga Rohingya pada 2 September 2017 di desa Inn Din, yang dilakukan pasukan militer Myanmar dan penduduk desa.
Anehnya, kedua jurnalis ditangkap lalu belakangan militer mempublikasikan peristiwa pembantaian yang terjadi. 7 orang tentara Myanmar dijatuhi hukuman sepuluh tahun dengan tiga orang harus menjalani hukuman kerja paksa.
“Kami merasa sangat kecewa dengan putusan pengadilan itu,” kata Stephen J. Adler, pemimpin redaksi Reuters, seperti dilansir Reuters, Rabu, 11 April 2018.
Adler menambahkan,”Kami meyakini ada landasan yang kuat bagi pengadilan untuk menghentikan kasus ini dan melepaskan jurnalis kami. Wa Lone dan Kyaw Soe Oo sedang meliput isu di Myanmar dengan cara independen dan imparsial.”