TEMPO.CO, Jakarta - Seorang redaktur majalah terkemuka di Thailand menghadapi kemungkinan tuduhan kriminal karena dianggap menghina keluarga kerajaan. Redaktur itu dilaporkan ke polisi setelah menyebarkan gambar raja-raja Thailand mengenakan masker wajah untuk menyoroti polusi udara di Kota Chiang Mai. Foto itu buatan seorang siswa terkait rencana unjuk rasa antipolusi udara, yang kemudian dibatalkan gubernur.
Gubernur Chiang Mai pada Minggu, 1 April 2018 mengatakan Pim Kemasingki, redaktur dari majalah Chiang Mai Citylife, telah melanggar Undang-Undang Kejahatan Komputer atau cyber crime dengan berbagi gambar melecehkan keluarga kerajaan.
Baca: Hormati Pejabat Tersangka, Polisi Thailand Dikecam
"Terserah kepada polisi untuk mengumpulkan bukti," kata Pawin Chamniprasart, seperti dilansir The Star pada 2 April 2018.
Pim Kemasingki, redaktur majalah terkemuka Chiang Mai Citylife di Thailand, terancam gugatan hukum karena menyebarkan foto raja-raja Thailand mengenakan masker anti-polusi udara. Chiang Mai Citylife
Dalam sebuah surat kepada polisi, gubernur menulis bahwa raja-raja disembah dan dihormati di Chiang Mai dan membuat gambar tiga raja mengenakan topeng adalah perbuatan menghina dan tidak sopan.
Baca: Thailand Minta Wanita Tak Berpakaian Seksi di Festival Songkran
Pawin menambahkan dirinya tidak mengupayakan tuduhan penghinaan terhadap anggota kerajaan atau yang dikenal sebagai lèse-majesté terhadap Pim. Di bawah undang-undang lèse-majesté Thailand, mereka yang dinyatakan bersalah menghina monarki akan menghadapi hukuman hingga 15 tahun penjara.
Membela aksinya ini, Pim yang merupakan seorang warga Thailand keturunan Inggris, mengatakan gambar yang dibagikannya tidak bermaksud menghina. Justru mempublikasikan kampanye anti-polusi udara kepada para pelajar di negara itu.
Seperti dilansir media DW, Pim menjelaskan alasannya berbagi 3 foto raja itu. “Saya berbagi gambaran ini dengan berpikir itu penting dan bisa menjadi pesan yang kuat,” kata Pim.
Seorang pengemudi taksi tuk-tuk di Kota Chiang Mai mengenakan masker karena buruknya polusi di kota ini. Deutsche Welle
Pim menjelaskan bahwa dia telah mempromosikan kota ini selama beberapa dekade terakhir dan mencintainya. "Jadi sangat tidak menyenangkan bahwa perjuangan untuk mempromosikan udara yang sehat bagi sesama warga justru membawa masalah kepada saya," kata dia.
Achariya Ruangrattanapong, pengacara Pim, mengatakan dia yakin bahwa membagikan gambar tersebut bukan pelanggaran terhadap UU cybercrime.
"Bagaimana ini bisa menjadi kejahatan jika melibatkan gambar yang dibuat seorang anak sekolah?" Katanya.
Beberapa kota besar di Thailand mengalami polusi udara terburuk dalam beberapa tahun. Mendorong beberapa aktivis untuk terus mengkampanyekan gerakan anti-polusi.